LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN IX
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT
(REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN
TITIK LELEH)

OLEH
NAMA : ASMAN SADINO
NIM
: F1F1 12 092
KELAS : C
KELOMPOK : V
ASISTEN
: MUH. ADHA T.
LABORATORIUM
FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
PERCOBAAN
IV
PEMISAHAN
DAN PEMURNIAN ZAT PADAT
(REKRISTALISASI,
SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH)
A. Tujuan
Tujuan dalam percobaan ini adalah
1.
Melakukan rekristalisasi dengan baik
2.
Memilih pelarut yang sesuai untuk
rekristalisasi
3.
Menjernihkan dan menghilangkan warna
larutan
4.
Memisahkan dan memurnikan campuran
dengan rekristalisasi
B. Landasan
Teori
Kristalisasi
merupakan sebuah peristiwa pembentukan partikel-partikel zat padat didalam
suatu fase homogen. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan partikel padat
dalam uap, seperti dalam pembentukan salju sebagai pembekuan (Solidification) didalam lelehan cair.
Pada prinsipnya kristalisasi terbentuk melalui dua tahap yaitu, nukleasi atau
pembentukan inti Kristal dan pertumbuhan Kristal. Factor pendorong untuk laju
nukleasi dan laju pertumbuhan Kristal ialah supersaturasi. Baik nukleasi maupun
pertumbuhan tidak dapat berlangsung didalam larutan jenuh atau tak jenuh. Inti
Kristal dapat terbentuk dari berbagai jenis partikel, molekul, atom atau ion.
Karena adanya gerakan dari partikel-partikel tersebut, beberapa partikel
mungkin membentuk suatu gerombol atau klaster, klaster yang cukup banyak
membentuk embrio pada kondisi leat jenuh
yang tinggi embrio tersebut membentuk inti Kristal (Pinalia, 2011).
Kristalisasi
dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Pada umumnya
tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan pemurnian. Adapun
sasaran dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal yang
mempunyai kualitas seperti yang diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat
ditentukan dari tiga parameter berikut yaitu : distribusi ukuran kristal (Crystal
Size Distribution, CSD),
kemurnian kristal (Crystal purity) dan bentuk Kristal. Pada proses kristalisasi
kristal dapat diperoleh dari lelehan (Melt crystallization) atau larutan (Crystallization
from solution). Dari kedua proses ini yang paling banyak dijumpai di industri
adalah kristalisasi dari larutan (Setyopratomo,
2003).
Pada
kristalisasi bahan pengikat pengotor yang ditambahkan bervariasi
konsentrasinya. Penambahan dilakukan secara bertetes-tetes hingga tidak
terbentuk endapan. Pemurnian ini diharapkan dapat mengurangi kadar air yang terkandung
dalam garam hasil pemurnian sehingga garam tidak mudah mencair. Pada tahap kristalisasi
menggunakan bahan pengikat pengotor yaitu larutan Na2C2O4,
Na2CO3 dan NaHCO3. Bahan-bahan ini ditambahkan
untuk mengikat pengotor yang ada pada garam dapur sesuai hasil analisis zat-zat
pengotor garam dapur yang telah dilakukan sebelumnya. Pengotor ion Fe3+ akan
membentuk senyawa Fe(OH)3 sedangkan pengotor dari Mg2+ dan Ca2+ akan membentuk
senyawa MgCO3 dan CaCO3. Semua senyawa yang terbentuk tersebut akan mengendap
sehingga dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa (Triastuti, 2010).
Jenis pelarut
berperan penting pada proses kristalisasi karena pelarutan merupakan faktor
penting pada proses kristalisasi. Kelarutan suatu komponen dalam pelarut
ditentukan oleh polaritas masing-masing. Pelarut polar akan melarutkan senyawa
polar dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar. Diduga ada
sedikit perbedaan polaritas dari komponen-komponen yang ada dalam fraksi tidak
tersabunkan DALMS, termasuk perbedaan polaritas tokoferol dan tokotrienol serta
masing-masing isomernya. Oleh karena itu, penentuan jenis pelarut yang tepat
penting dilakukan pada pembuatan konsentrat vitamin E. Pada proses
kristalisasi, pelarut mempengaruhi kecepatan nukleasi dan morfologi Kristal (Ahmadi,
2010).
Pada tahap
sublimasi masalah tingginya konsumsi energy pada pengeringan beku tersebut
dipecahkan dengan penerapan pemanasan terbalik, yaitu merambatkan panas melalui
lapisan beku untuk meningkatkan laju perpindahan panas. Pemanasan terbalik yang
dilakukan pada penelitian adalah dengan harapan panas akan berkonduksi melalui
lapisan beku bahan yang mempunyai nilai konduktifitas panas lebih tinggi
dibandingkan dengan lapisan bahan kering brongga, sehingga waktu yang
dibutuhkan akan lebih cepat (Siregar, dkk., 2006).
Berdasarkan
pelarut yang digunakan metode rekristalisasi terbagi menjadi dua yaitu
rekristalisasi dengan pelarut tunggal dan rekristalisasi dengan multi pelarut.
Sedangkan berdasarkan tekniknya, metode rekristalisasi dibagi menjadi tiga
yaitu rekristalisasi dengan penyaringan panas, rekristalisasi dengan nukleasi
spontan dan rekristalisasi menggunakan seeding dari filtrat. Meski sedikit
masih dimungkinkan senyawa pengotor terikut dalam Kristal. Pelakasanaan proses
pemurnian ini yang berulang-ulang akan mengakibatkan hilangnya sejumlah Kristal
karena terbatasnya kelarutan senyawa yang akan dimurnikan. Pada dasarnya
peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan. Endapan merupakan
zat yang memisah dari satu fase padat keluar ke dalam larutannya. Endapan
terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan
(Pinalia, 2011).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah
-
Gelaskimia
500 ml
-
Hot
plate
-
Labu
dasar bulat
2. Bahan
Bahan-bahan yang
digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
-
Air
-
Noftalen (kamper)
D. PROSEDUR
KERJA
![]() |

-
Dimasukkan dalam gelas kimia
-
Ditutup permukaan gelas kimia dengan alas
bulat yang berisi air setenganya
-
Disumbat mulut gelas kimia yang tidak
tertutup labu dengan tissue
-
Dipanaskan dengan api kecil
-
Dihentikan pemanasan bila semua zat
menempel di labu
-
Diamati kristalnya
Hasil Pengamatan ?
E.
Hasil Pengamatan
1.
Hasil
pengamatan dalam percoban kali ini, yaitu :
Perlakuan
|
Hasil
|
Kamper dihancurkan dan dimasukkan dalam gelas kimia
|
-
|
Labu dasar bulat diisi dengan air
|
-
|
Labu dasar bulat yang beisi air ditaruh diatas gelas kimia yang
berisi kamper, lalu dipanaskan
|
Warna sebelum dipanaskan : hijau, ungu, jingga.
Setelah dipanaskan, menguap dan membentuk Kristal jarum berwarna
putih
|
2. Gambar Kristal


F. Pembahasan
Kristal adalah benda padat yang mempunyai
permukaan-permukaan datar. Karena banyak zat padat seperti garam, kuarsa dan
salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah lama para ilmuwan
menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara
simetris. Sedangkan sublimasi adalah perubahan es dari bahan beku langsung menjadi
uap (sublimasi) tanpa mengalami proses pencairan terlebih dahulu. Karena proses
ini melibatkan suhu (pembekuan dan pengeringan) dan tekanan tertentu.
Pengeringan sekunder berfungsi untuk menyublimasikan molekul air yang diserap
pada saat proses pembekuan.
Rekristalisasi
adalah suatu metode
untuk pemurnian
senyawa padatan
yang dihasilkan dari
reaksi-reaksi organik. Rekristalisasi
merupakan salah satu cara atau metode untuk memurnikan suatu zat padat, metode
ini ditinjau berdasarkan pada perbedaan daya larut antara zat yang dimurnikan
dengan pengotornya dalam suatu pelarut tertentu. Pemurnian
yang di istilahkan sebagai rekristalisasi pada
prinsipnya adalah pelarutan Kristal kedalam pelarut yang sesuai dan kemudian
dikristalkan kembali. Dengan demikian impuritas yang terperangkap kedalam
Kristal bias keluar seiring larutnya Kristal dalam pelarut.
Pada dasarnya peristiwa rekristalisasi behubungan dengan
reaksi pengendapan. Endapan merupakan zat yang memisah dari suatu fase padat
dan keluar kedalam larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat terlalu
jenuh dengan zat yang bersangkutan. Disamping untuk pemisahan bahan padat yang sudah berbentuk kristal. Proses
pemurnian ini disebut kristalisasi ulang (rekristalisasi) dan terdiri atas dua tahap yaitu proses
pelarutan dan proses kristalisasi, karena kristalisasi ulang terutama merupakan
proses pemurnian, maka proses kristalisasi sering kali dihentikan sebelum
waktunya (misalnya pendinginan hanya sampai pada suhu tertentu,
penguapan hanya sampai suatu konsentrasi tertentu). Hal ini di maksudkan agar
pengotor yang larut tidak ikut di pisahkan.
Percobaan ini dilakukan
pemisahan dan pemurnian zat dengan cara rekristalisasi dan sublimasi. Sampel
yang digunakan pada percobaan ini adalah kapur barus atau naftalen yang
berwarna. Naftalen atau kapur barus merupakan senyawa yang sangat mudah
menyublim. Naftalen mudah diisolasi karena senyawa ini menyublim dari larutan
sebagai serpihan kristal tidak berwarna dengan titik leleh 800C.
Saat dilakukan pemanasan secara sistem terisolasi, naftalen menyublim dengan
menyisakan kristal yang menempel didasar glass wool berupa jarum dan pipih.
Penggunaan naftalen yang
berwarna bertujuan agar memudahkan untuk memisahkan antara bahan-bahan pencemar
atau pengotornya dengan zat murni dari sampel tersebut.
Metode rekristalisasi melibatkan 5 tahapan: yaitu tahapan pertama adalah pemilihan pelarut. Pada tahap ini pelarut
yang terbaik adalah pelarut
dimana senyawa yang dimurnikan hanya larut sedikit pada suhu kamar tetapi sangat larut pada suhu yang lebih tinggi, misalnya
pada
titik
didih pelarut
itu. Pelarut
itu harus melarutkan secara mudah
pengotor-pengotor dan
harus mudah menguap,sehingga
dapat dipisahkan secara
mudah dari
materi yang
dimurnikan. Titik didih pelarut
harus lebih rendah dari
titik leleh padatan
untuk mencegah pembentukan minyak. Pelarut tidak boleh bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan dan harus murah harganya. Tahap kedua yaitu kelarutan senyawa padat dalam pelarut panas, pada tahap ini padatan yang akan dimurnikan dilarutkan dalam sejumlah minimum pelarut panas dalam labu
erlenmeyer. Pada titik didihnya, sedikit pelarut ditambahkan
sampai terlihat bahwa tidak ada tambahan materi yang larut lagi. Hindari penambahan yang berlebih. Tahap tiga adalah penyaringan larutan, pada tahap ini larutan jenuh yang masih panas
kemudian disaring melalui kertas saring yang ditempatkan dalam suatu corong saring. Tahapan keempat adalah kristalisasi, pada tahap ini filtrat panas kemudian dibiarkan dingin dalam gelas kimia. Zat padat murni memisahkan sebagai kristal. Kristalisasi sempurna jika kristal yang terbentuk banyak.
Jika
kristalisasi
tidak terbentuk
selama pendinginan
filtrat dalam waktu cukup lama maka larutan harus dibuat lewat jenuh. Dan tahap terakhir adalah proses sublimasi, naftalen yang merupakan sampel
dimasukkan kedalam gelas yang ditutupi dengan labu dasar bulat pada bagian
atasnya yang berisikan air, sedangkan pada mulut gelas kimia ditutupi tissue agar pada saat proses sublimasi uap
dari pemanasan naftalen tidak ada yang keluar kemudian dipanaskan. Tujuan dari
pemanasan tersebut yaitu untuk mempercepat terjadinya reaksi pada naftalen.
Hasil pengamatan yang
diperoleh bahwa, terdapat Kristal-kristal yang berbentuk jarum pada gelas kimia
dan pada bagian dasar labu dasar bulat, karena sampel naftalen telah mengalami
sublimasi. Pada prinsipnya sampel naftalen yang tercemar oleh garam, lalu
diuapkan hingga naftalen menjadi gas dan langsung kepadat pada proses
pendinginan yakni dalam bentuk Kristal-kristal. Suatu zat padat untuk bias
menyublim harus mempunyai tekanan aup yang relatif tinggi pada suhu dibawah
titik lelehnya.
Manfaat mempelajari
tehnik-tehnik pemisahan dan pemurnian zat khususnya dalam dibidang farmasi
adalah akan memudahkan kita untuk pengetahuan dalam penelitian khususnya
bahan-bahan alam yang mengandung obat yang nantinya dari bahan obat tersebut
akan mengalami proses pemisahan itu tentunya akan digunakan proses pemisahan
dan pemurnian zat dengan cara kristalisasi, sublimasi ataupun dengan yang
lainnya.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh
kesimpulan bahwa
1.
Rekristalisasi
merupakan suatu proses pemurnian kembali zat padat dengan melarutkan pada
pelarut yang dilanjutkan dengan proses pendinginan hingga membentuk Kristal.
2.
Pelarut
yang cocok adalah pelarut yang memiliki sifat kepolaran yang sama.
3.
….
4.
Pemurnian
padatan dapat dilakukan dengan cara sublimasi yaitu penguapan langsung dari
padatan ke dalam fasa uap.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Kgs., 2010, Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah Pada Pembuatan
Konsentrat Vitamin E Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit : Kajian Jenis
Pelarut, Jurnal
Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 1.
Pinalia, A., 2011,
Penentuan Metode Rekristalisasi Yang Tepat Untuk Meningkatkan Kemurnian Kristal
Amonium Perklorat (AP), Majalah Sains dan
Teknologi Dirgantara, Vol. 6 No. 2.
Pinalia, A., 2011,
Kristalisasi Ammonium Perkoalat (AP) Dengan Sistem Pendinginan Terkontrol Untuk
Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat, Majalah
Teknologi Dirgantara, Vol. 9 No. 2.
Setyopratomo, P., dkk.,
2003, Studi Eksperimental Permurnian Garam NaCl Dengan Cara Rekristalisasi, Unitas, Vol. 11 No. 2.
Siregar, K., dkk.,
2006, Pengeringan Beku Dengan Metode Pembekuan Vakum Dan Lempeng Sentuh Dengan
Pemanasan Terbalik Pada Proses Sublimasi Untuk Daging Buah Durian, Buletin Agricultural Engineering BEARING,
Vol. 2 No. 1.
Triastuti,
A., dkk., 2010. Pemurnian Garam Dapur Melalui Metode Kristalisasi
Air Tua Dengan Bahan Pengikat Pengotor Na2C2O4
– NaHCO3 Dan Na2C2O4 – Na2CO3.
Vol. 8 No. 1.
Bagaimana cara nya merubah kristal jarum jarum menjadi kristal tungg yg besar
ReplyDeleteBagaimana cara nya merubah kristal jarum jarum menjadi kristal tunggal yg besar
ReplyDelete