Friday, May 2, 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN I
PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK




OLEH

NAMA                    : ASMAN SADINO
NIM                      : F1F1 12 092
KELAS                   : C
KELOMPOK            : V
ASISTEN                : MUHAJRIATI
 


LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013


PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK

A. Tujuan
Adapun tujuan dalam percobaan ini adalah
1.  Mempelajari tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa tersebut.
2.  Mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan anorganik.

B. Landasan Teori
Pencemaran lingkungan dapat berupa pencemaran udara, tanah dan air. Pencemaran diperairan dapat disebabkan karena limbah organik dan anorganik. Salah satu cara yang dapat dilakukanuntuk mememinimalkan jumlah residu pestisida dan logam berat adalah melalui adsorpsi dengan menggunakan adsorben seperti zeolit, arang aktif, kitosan dan bentonit. Bentonit merupakan clay material yang tersedia cukup melimpah di Indonesia sehingga potensialdimanfaatkan untuk berbagai kepentingan diantaranya sebagai adsorben. Kitosan pun telah banyak dimanfaatkan sebagai adsorben. Kitosan merupakan polimer dengan kelimpahan terbesar kedua setelah selulosa. Pada umumnya kitosan dapat diperoleh dari cangkang kepiting atau udang. Pemanfaatan kitosan yang cukup luas dalam proses adsorpsi deisebabkan karena adanya gugus amina dan hidroksil, yang menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi sehingga dapat berperan sebagai adsorben untuk mengadsorpsi logam berat ataupun limbah organik dalam air limbah (Purnamasari, 2010).
Kimia organik didefenisikan sebagai kimia dari senyawa yang datang dari benda hidup sehingga timbul istilah organik. Suatu pengetahuan mengenai kimia organik tak dapat diabaikan bagi kebanyakan ilmuwan. Misalnya, karena sistem kehidupan terutama terdiri dari air dan senyawa organik, hampir semua bidang yang berurusan dengan tanaman, hewan, atau mikroorganisme bergantung pada prinsip kimia organik (Fessenden, 1997).
Pada mulanya, senyawa organik hanya menyebabkan terlibatnya senyawa yang diturunkan dari makhlik hidup. Makhluk hidup dianggap mempunyai ‘tenaga gaib’ yang dalam sintesis senyawa-senyawa tersebut. Pada tahun 1978, seorang kimiawan jerman, frederich wohler memanaskan ammonium sionat, beraal dari senyawa organik dan diperoleh senyawa urea. Lebih dari sejuta senyawa terdiri dari gabungan karbon dengan hidrogen, oksigen,nitrogen atau beberapa unsur tertentu. Keseluruhan senyawa tersebut merupakan bagian dari kimia organik. Unsur karbon sangat istimewa karena memiliki kemampuan untuk mengadakan ikatan kovalen yang kuat dengan sesamanya (Petrucci, 1987).
Senyawa organik terlibat dalam tiap segi kehidupan, dan banyak manfaatnya dalam kehidupan manusia sehari-hari. Ada diantaranya yang berwujud bahan makanan, bahan sandang, obat-obatan, kosmetik, dan berbagai jenis plastik. Bahkan dalam tubuhpun banyak terdapat sejumlah senyawa organik dengan fungsi yang beragam pula. Senyawa organik hanya mewakili satu jenis senyawa kimia, yaitu yang mengandung satu atom karbon atau lebih. Kimia organik barangkali lebih baik didefinisikan sebagai kimia senyawa yang mengandung karbon. Meskipun penggolongan seperti ini agak terbatas, fakta menunjukkan bahwa senyawa yang mengandung atom karbonlah yang banyak terdapat di muka bumi ini. Fakta ini adalah akibat dari kemampuan atom karbon membentuk ikatan dengan atom karbon lain. Jika sifat khas ini dibarengi dengan kemampuan atom karbon membentuk empat ikatan dalam ruang tiga dimensi, maka berbagai susunan atom dapat terjadi. Saat ini jutaan senyawa organik telah ditentukan cirinya, dan setiap tahun puluhan ribu zat baru ditambahkan ke dalam daftar ini, baik sebagai hasil penemuan di alam, ataupun sebagai hasil pembuatan di laboratorium (Estevanus, 2007).
Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik ialah suatu senyawa yang unsus-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogenj, atau fosfor. Pada awalnya senyawa karbon ini secara tidak langsung menunjukan hubungannya dengan sistem kehidupan. Namun dalam perkembangannya, ada senyawa organik yang tidak mempunyai hubungan dengan sistem kehidupan. Misalnya urea yang merupakan senyawa organik dari makhluk hidup yang berasal dari urin. Urea dapat dibuat dengan cara menguapkan garam amonium sianat yang merupakan senyawa anorganik menjadi senyawa organik (Siswoyo, 2009).

C.   Alat dan Bahan
1.  Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
- Gelas Kimia 50 ml
- Hot Plate
- Cawan Porselin
- Kawat Ose
- Lampu Bunsen
2. Bahan
Bahan yang digunkan dalam percobaan ini adalah :
- Aqua (air es)
- Etanol
- Kloroform
- Larutan AgNO3
- Larutan KI
- Larutan NaCl








D.   Prosedur kerja
1. Tes unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik
a.  Deteksi unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik


 


-     Dimasukkan ke dalam cawan porselin
-     Dibakar
-     Dipipet air 2 ml
-     Dimasukkan kedalam gelas kimia
-     Di letakkan air yang didalam gelas kimia di dalam mortar (cawan porselin)
-     Di amati perubahan yang terjadi

Hasil  ?
b. Tes Beilstein


 




-     Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-     Dibakar kawat dengan menggunakan lampu bunsen
-     Diselupkan ke dalam tabung reaksi
-     Diamati hasil yang terjadi

                                           Hasil  ?

2. Perbedaan senyawa organik dan anorganik
a. Perbedaan dalam ionisasi

Laruran NaCl 2 ml
 
Kloroform 2 ml
 
  


 
-   Dimasukkan masing-masing larutan dalam tabung reaksi
-   Ditambahkan masing-masing 3 tetes AgNO3
-   Diamati hasil yang terjadi

  Hasil ?

E. Hasil Pengamatan

No.
Perlakuan
Hasil
1.
- Etanol dimasukkan ke cawan + Panaskan
- Air + Panaskan
Menguap
Tidak menguap (Hangat)
2.
- Kloroform + Kawat Panas
- KI + Kawat Panas
Menggelembung
Tidak Menggelembung
3.
- NaCl + AgNO3
- Kloroform + AgNO3
Endapan Putih
Terbentuk 2 lapisan

F.   Pembahasan
Pada umumnya senyawa organik merupakan senyawa yang mengandung unsur karbon, selain itu juga terdapat unsur hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S) dan pospor (P). Ada beberapa sifat fisika maupun kimia yang memberikan deskripsi dalam suatu senyawa termasuk dalam senyawa organik ataupun senyawa anorganik, seperti keadaan saat pemanasan, konduktivitas, ionisasi serta kelarutan masing-masing.
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Banyak di antara senyawaan organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan komponen penting dalam biokimia. Senyawa organik dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi atau hasil isolasi bahan-bahan alam. Senyawa organik banyak terkandung didalam jasad hidup, dan sangat lama dipercayai bahwa senyawa organik tidak bisa disintesis di laboratorium. Sedangkan senyawa non organik adalah senyawa pada alam yang pada umumnya menyusun materi atau benda tak hidup. Senyawa anorganik merupakan semua senyawa kimia yang jika dipanaskan terbentuk endapan dan pada umumnya membentuk ikatan kovalen.
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari tes-tes yang digunakan untuk mengindetifikasi unsur penyusun senyawa tersebut serta mengamati beberapa  perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan anorganik. Oleh karena itu, yang menandakan perbedaan pada golongan senyawa organic dan senyawa anorganik dilakukan dengan cara pembakaran, pemanasan, ionisasi dan kelarutannya.
Pada percobaan pertama yaitu untuk membandingkan senyawa organik dan anorganik dari pembakaran. Sampel senyawa organik yang digunakan yaitu etanol 2ml  dan senyawa anorganiknya yaitu akuades. Dari perlakuan diperoleh hasil bahwa etanol yang memiliki titik didih yang lebih rendah lebih cepat mendidih dan menguap dibandingkan dengan akuades. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa organik ketika dikenakan pembakaran ataupun pemanasan akan lebih mudah terurai dibandingkan senyawa anorganik yang sukar terurai ketika dilakukan pembakaran atau pemanasan.
Percobaan yang terakhir perbedaan antara senyawa organik dan anorganik yaitu dengan cara ionisasi. NaCl yang direaksikan dengan AgNO3 maka larutan akan keruh dan  terdapat endapan putih, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan energi ionisasi. NaCl yang memiliki ikatan ion mudah melepaskan dan membentuk ionion positif sehingga lebih reaktif karena energi ionisasi yang dimilikinya kecil bila dibandingkan dengan Ag yang energi ionisasinya besar dan membentuk ionpositif. Sedangkan CHCl3 (Kloroform) yang direaksikan dengan AgNO3, larutan tersebut terdiri dari dua lapisan, yang menunjukkan tidak terjadinya reaksi antara dua senyawa tersebut. Hal ini disebabkan karena CHCl3 (Kloroform) memiliki energi ionisasi yang sangat kuat karena kloroform mempunyai ikatan kovalen yang menyebabkan ia tidak dapat bereaksi dengan AgNO3 sehingga sukar untuk membentuk ion positif, sama dengan Ag yang sukar membentuk ion positif, sehingga keduanya sukar larut. Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa senyawa organik CHCl3 (Kloroform) akan lebih sukar untuk membentuk ion positif dibandingkan dengan senyawa anorganik (NaCl) yang lebih mudah membentuk ion positif.

untuk mendeteksi adanya atom C yang dilakukan dengan udara pernapasan yang dilewatkan melalui pipet kedalam larutan Ca(OH)2. Dari perlakuan menunjukkan hasil yang positif yang ditandai bahwa larutan tersebut yang awalnya bening menjadi keruh dan ketika didiamkan membentuk endapan putih CaCO3. Perubahan larutan menjadi endapan merupakan bukti adanya gas CO2 yang dihasilkan dari pernapasan mengandung atom C. CO2 yang kita keluarkan tersebut merupakan hasil metabolisme(respirasi) seluler yang terjadi di dalam tubuh, yaitu pembakaran karbohidrat olehoksigen yang dihirup oleh manusia.
Percobaan selanjutnya dilakukan untuk melihat perbedaan sifat senyawaorganik dan anorganik karena pemanasan. Pada percobaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya unsur nitrogen pada senyawa organik tersebut dan tes palingsederhana untuk mendeteksinya yaitu tergantung pada kecenderungan senyawatersebut menghasilkan amoniak. Sampel senyawa organik yang digunakan adalahurea yang direaksikan dengan NaOH kemudian dipanaskan guna untuk mempercepat terjadinya reaksi. Hasil positif didapatkan dengan adanya gasdengan bau yang khas dari larutan tersebut yaitu bau pesing. Gas tersebutmerupakan amoniak (NH3) yang bersifat basa lemah. Jadi dapat pastikan bahwaurea merupakan senyawa organik yang mengandung unsur nitrogen.

Uji terakhir perbedaan antara senyawa organik dan anorganik yaitu dengancara ionisasi. NaCl yang direaksikan dengan AgNO3 maka larutan akan keruh dan  terdapat endapan putih, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan energiionisasi. NaCl yang memiliki ikatan ion mudah melepaskan dan membentuk ionion positif sehingga lebih reaktif karena energi ionisasi yang dimilikinya kecil biladibandingkan dengan Ag yang energi ionisasinya besar dan membentuk ionpositif. Sedangkan CHCl3yang direaksikan dengan AgNO3larutan terdiri daridua lapisan,yang menunjukkan tidak terjadinya reaksi antara dua senyawatersebut. Hal ini disebabkan karena CHCl3 memiliki energi ionisasi yang sangatkuat sebab kloroform mempunyai ikatan kovalen yang menyebabkan ia tidak dapat bereaksi dengan AgNO3 sehingga sukar untuk membentuk ion positif, samadengan Ag yang sukar membentuk ion positif, sehingga keduanya sukar larut.Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa senyawa organik (CHCl3) akanlebih sukar untuk membentuk ion positif dibandingkan dengan senyawa anorganik (NaCl) yang lebih mudah membentuk ion positif.

Pada proses pembakaran larutan Ca(OH)2, setelah dibakar terbentuk endapan berwarna putih. Endapan yang dihasilkan tidak lain adalah senyawa CaCO3 sebagai hasil reaksi antara Ca(OH)2 dan CO2.
                           Ca(OH)2  +  CO2           CaCO3     + H2O
Ini menunjukkan, bahwa Ca(OH)2 merupakan senyawa organik, sebab pada saat setelah pembakaran terdapat ciri khas senyawa yang mengandung karbon. Hal ini juga terjadi pada Ca(OH)2 yang diberi aliran udara hasil pernapasan, hasilnya larutan menjadi keruh serta terbentuknya endapan putih CaCO3, hali ini juga menujukkan bahwa Ca(OH)2 mengandung senyawa karbon. Ca(OH)2 akan bereaksi dengan CO2 yang dikeluarkan dalam proses pernapasan sebagai zat sisa.
Dalam mengidentifikasi suatu senyawa organik, dapat juga digunakan tes dengan basa kuat dalam melepaskan suatu bahan agar mudah untuk dideteksi. Uji ini digunakan dalam mengidentifikasi unsur-unsur nitrogen dalam senyawa, jika direaksikan dengan suatu basa kuat seperti NaOH akan menghasilkan senyawa amoniak (NH3). Dalam percobaan ini digunakan untuk mndeteksi adanya nitrogen dalam senyawa urea. Ketika urea ditambahkan dengan NaOH dan dipanaskan, akan terbentuk gas amoniak yang bersifat basa, hal ini dapat dideteksi melalui baunya yang khas serta dari pengujian kertas lakmus. Agar dapat diketahui bahwa dalam larutan tersebut terdapat gas amoniak yang bersifat basa, digunakan kertas lakmus untuk mengindentifikasi keberadaannnya. Dengan menguji melalui kertas lakmus merah dan biru, dan hasil yang diberikan adalah lakmus biru berubah, dan lakmus merah tetap merah. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam larutan tersebut terdapat ammonia yang bersifat basa, yang merupakan senyawa organik. Oleh sebab itu, dapat kita katakan bahwa urea termasuk senyawa organik karena mengandung nitrogen. Namun, dalam percobaan ini, tidak terbentuk bau seperti teori yang seharusnya. Hal ini dapat disebabkan karena percobaan yang dilakukan kurang efektif, sehingga hasilnya juga kurang maksimal.
           Pada percobaan pertama yakni mendeteksi adanya unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik. dalam perlakuannya, etanol dalam cawan krus dibakar dan diatas cawan krus diletakkan gelas kimia berisi air maka etanol yang telah disimpan dalam cawan krus akan habis dan air dalam gelas kimia menjadi hangat. Kemudian mendeteksi adanya atom C yang dilakukan dengan udara pernapasan yang dilewatkan melalui selang kedalam larutan Ca(OH)2. Larutan tersebut menjadi keruh bahkan akan membentuk endapan pituh CaCO3. Perubahan larutan menjadi endapan merupakan bukti adanya gas CO2 yang dihasilkan dari pernapasan. Sumber CO2 tersebut berasal dari metabolisme (respirasi) seluler yang terjadi di dalam tubuh manusia, yaitu pembakaran karbohidrat oleh oksigen yang dihirup oleh manusia.
Untuk test beilstein, yaitu tes yang digunakan untuk mendeteksi adanya unsur C dan H dalam suatu senyawa organik. Pronsip dasar dari tes ini adalah mencelupkan kawat ose yang kemudian akan bakar lalu dicelupkan  kedalam larutan senyawa yang akan diuji. Dengan membakar kawat ose tersebut lalu dicelup kedalam larutan kloroform, maka warna kawat akan berwarna jingga dan terbentuk gelembung. Kemudian kawat tersebut dibakar lagi kemudian dicelupkan kedalam larutan HCl, maka kawat akan berubah menjadi warna orange tetapi tidak terbentuk gelembung namun muncul asap. Selanjutnya kawat yang sama dibakar lagi lalu dicelupkan kedalam air ludah, dengan tercelupnya kawat pada air ludah maka terbetuk gelembung dan pada KI pada saat dicelupkan kawat yang telah dibakar, warna kawat berubah warna jingga, tetapi tidak juga terbentuk gelembung hanya saja KI tersebut berasap. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HCl dan KI merupakan senyawa anorganik sedangkan CHCl3 dan air ludah merupakan senyawa organik.
Pada pengamatan untuk membedakan senyawa organik dan organik melalui perbedaan sifat karena pemanasan, dimana gulkosa dan garam dapur dipanaskan, pada gulkosa mengalami perubahan warna yang tadinya warna putih menjadi warna coklat itu bertanda bahwa gulkosa dapat terbakar sedangkan pada NaCl tidak dapat terbakar, karena tidak ada perubahan yang terjadi. Kemudian membedakan senyawa organic dan anorganik melalui  ionisasi, NaCl yang direaksikan dengan AgNO3 maka larutan akan berwarna putih dan larut, hal ini terjadi karena NaCl mudah melepaskan ion dan membentuk ion-ion positif sehingga reaktif karena energi ionisasi yang dimilikinya kecil bila dibandingkan dengan Ag yang energi ionisasinya besar dan membentuk ion positif. Sedangkan CHCl3 yang direaksikan dengan AgNO3 larutan terdiri dari dua fase, hal ini terjadi karena CHCl3 memiliki energi ionisasi yang sangat kuat sehingga sukar untuk membentuk ion positif, sama dengan Ag yang sukar membentuk ion positif, sehingga keduanya sukar larut. Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa NaCl merupakan senyawa anorganik sedangkan kloroform merupakan senyawa organik.
Unsur-unsur penyusun senyawa organik dapat pula dideteksi dengan basa kuat dan pemanasan. Proses ini bertujuan untuk mendeteksi adanya unsur nitrogen dalam senyawa organik. Tes paling sederhana untuk mendeteksi nitrogen dalam senyawa organik tergantung pada kecenderungan senyawa tersebut menghasilkan amoniak. Urea merupakan senyawa organik yang mengandung unsur N dalam senyawanya. Urea yang ditambahkan dengan larutan basa kuat (NaOH) yang kemudian dipanaskan akan menghasilkan suatu gas yang mempunyai bau khas. Gas tersebut adalah gas amoniak (NH3). Gas amoniak merupakan gas yang bersifat basa lemah. Ini dapat dideteksi dengan perubahan lakmus menjadi lakmus biru sebagai akibat dialirkannya gas NH3 pada lakmus tersebut.


G.   Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini antara lain:
1.  Pada umumnya senyawa organik merupakan senyawa yang mengandung unsur karbon, selain itu terdapat juga unsur hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur dan fosfor dan juga merupakan zat penyusun dari sebagian besar makhluk hidup, umumnya berikatan kovalen, dan terurai bila terbakar. Sedangakn senyawa anorganik  adalah senyawa yang berasal dari sintesis mineral, umumnya berikatan ion, dan tidak terurai bila dibakar.
2.  Tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa organik yaitu dengan pembakaran, tes beilstein, ionisasi, dan pemanasan.












DAFTAR PUSTAKA  

Estevanus K. H. dan Satria Bijaksana., 2007. Identifikasi Mineral Magnetik pada Lindi (Leachate). Jurnal Geofisika.  Vol. 2 No. 1 Hal. 1-13.

Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta.

Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar I. Erlangga. Jakarta.

Purnamasari, et al. 2010. Uji Kinerja Adsorben Kitosan-Bentonit Terhadap Logam Berat Dan Diazonin Secara Stimulan. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. Vol. 1, No. 2 Hal. 121-134.

Siswoyo, Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta


0 comments:

Post a Comment