Thursday, April 13, 2017

Makalah Anti Inflamasi Non Steroid



KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya lah sehingga kami dapat menyusun Makalah Farmakologi Dasar berjudul “Anti Inflamasi Non Steroid” sebagai salah satu tugas untuk memenuhi syarat perkuliahan.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik ditinjau dari segi isi maupun penulisannya. Karena itu bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan makalah ini masih sangat diperlukan dari berbagai pihak.
            Kami  menyadari pula bahwa makalah ini selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik materil maupun moril. Untuk itu kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan, kami menyampaikan ucapan terima kasih para dosen Jurusan Farmasi terutama dan teman-teman yang telah membantu dengan informasi dan dukungan moril.  Semoga amal kalian  dapat diterima oleh Allah SWT. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.



                                                                                    Kendari, 29 November 2013


                                                                                                 Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
                   Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat dengan bahan-bahan lain tersebut termasuk obat tradisional dansenyawa kimia lain. Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
                   Inflamasi adalah respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika proses inflamasi berlangsung terjadi reaksi vaskuler dimana cairan, elemenelemen dalam darah, sel darah putih, dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya warna kemerahan, bengkak, nyeri dan disertai panas. Anti inflamasi adalah usaha tubuh menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan dan mengatur perbaikan derajat.
       Obat anti inflamasi non steroid (AINS) merupakan obat yang paling banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dari dokter. Obat-obat golongan ini merupakan suatu obat yang heterogen secara kimia. Klasifikasi kimiawi AINS, tidak banyak manfaat kliniknya karena ada AINS dari subgolongan yang sama memiliki sifat yang berbeda, sebaliknya ada obat AINS yang berbeda subgolongan tetapi memiliki sifat yang serupa. Ternyata sebagian besar efek terapi dan efek sampingnya berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).
1.2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anti inflamasi non steroid (AINS) ?
2. Apa kegunaan dari obat AINS ?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari obat-obat AINS ?  
4. Apa contoh dari obat-obat AINS ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan anti  inflamasi non steroid (AINS).  
2. Mengetahui kegunaan obat AINS.
3. Mengetahui mekanisme dari kerja obat AINS.
4. Mengetahui macam-macam obat dari AINS.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
Obat anti inflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs)/AINS adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), anti piretik (penurun panas), dan anti inflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. AINS bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika. Inflamasi adalah salah satu respon utama dari system kekebalan tubuh terhadap infeksi atau iritasi.
OAINS dikelompokkan kedalam beberapa golongan kimiawi. Meskipun terdapat banyak perbedaan dalam kinetik OAINS, semuanya memiliki kesamaan dalam beberapa sifat umum. Metabolisme OAINS terutama dilanjutkan oleh famili CYP3A atau CYP2C dari enzim P450 dihati. Meskipun eksresi ginjal merupakan jalur eliminasi terakhir yang paling penting, hampir semua OAINS mengalami eksresi dan reabsorbsi bilier yang bervariasi. Kebanyakan OAINS sangat terikat pada protein (~98%) biasanya kepada albumin. Semua OAINS dapat ditemukan dalam cairan sinovial setelah pemberian dosis berulang.


2.2. Kegunaan Dari Obat AINS
AINS banyak digunakan pada pasien pediatric. Obat ini merupakan bahan aktif yang secara farmakologi  tidak homogen dan terutama bekerja menghambat produksi prostaglandin serta digunakan untuk perawatan nyeri akut dan kronik. Obat ini mempunyai sifat mampu mengurangi nyeri, demam dengan inflamasi, dan yang disertai dengan gangguan inflamasi nyeri lainnya.
2.3. Mekanisme Kerja
Mekanisme dan sifat dasar AINS, obat analgesik anti inflamasi non steroid merupakan suatu kelompok sediaan dengan struktur kimia yang sangat heterogen, dimana efek samping dan efek terapinya berhubungan dengan kesamaan mekanisme kerja sediaan ini pada enzim cyclooxygenase (COX). Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terakhir memberikan penjelasan mengapa kelompok yang heterogen tersebut memiliki kesamaan efek terapi dan efek samping, ternyata hal ini terjadi berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG). Mekanisme kerja yang berhubungan dengan biosintesis PG ini mulai dilaporkan pada tahun 1971 oleh Vane dan kawan-kawan yang memperlihatkan secara invitro bahwa dosis rendah aspirin dan indometason menghambat produksi enzimatik PG. Dimana juga telah dibuktikan bahwa jika sel mengalami kerusakan maka PG akan dilepas.Namun demikian obat AINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrin,yang diketahui turut berperan dalam inflamasi. AINS menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat cyclooxysigenase dengan cara yang berbeda.2 AINS dikelompokkan berdasarkan struktur kimia,tingkat keasaman dan ketersediaan awalnya. Dan sekarang yang popoler dikelompokkan berdasarkan selektifitas hambatannya  pada penemuan dua bentuk enzim constitutive cyclooxygenase-1 (COX-1) dan inducible cycloocygenase-2 (COX-2).COX-1 selalu ada diberbagai jaringan tubuh dan berfungsi dalam mempertahankan fisiologi tubuh seperti produksi mukus di lambung tetapi sebaliknya ,COX-2 merupakan enzim indusibel yang umumnya tidak terpantau di kebanyakan  jaringan, tapi akan meningkat pada keadaan inflamasi atau patologik. AINS yang bekerja sebagai penyekat COX akan berikatan pada bagian aktif enzim,pada COX-1 dan atau COX - 2, sehingga enzim ini menjadi tidak berfungsi dan tidak mampu merubah asam arakidonat menjadi mediator inflamasi prostaglandin.  AINS yang termasuk dalam tidak selektif menghambat sekaligus COX-1 dan COX-2 adalah ibuprofen,indometasin dan naproxen. Asetosal dan ketorokal  termasuk sangat selektif menghambat menghambat COX-1. Piroxicam lebih selektif menyekat COX-1, sedangkan yang termasuk selektif menyekat COX-2 antara lain diclofenak, meloxicam, dan nimesulid. Celecoxib dan rofecoxib sangat selektif menghambat COX-2.
2.4 Penggunaan NSAID
Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID) bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (enzim pembentuk prostaglandin). NSAID hanya dipakai untuk nyeri inflamasi dan antipiretik akibat produksi prostaglandin. NSAID mempunyai 3 efek yakni: anti-inflamasi, analgesik (untuk nyeri ringan hingga sedang), dan antipiretik. Namun, NSAID tidak bisa digunakan untuk mengatasi nyeri karena angina pectoris karena nyeri disebabkan karena hipoksia dan penumpukan laktat. Penggunaan NSAID sebagai analgesik bersifat simptomatik sehingga jika simptom sudah hilang, pemberiannya harus dihentikan.
Pada keadaan gout arthritis, NSAID berperan untuk mengurangi inflamasinya. Asam urat yang meningkat dan menurun masih dapat menyebabkan inflamasi sehingga menimbulkan nyeri. Asam urat dapat menumpuk di jaringan (biasanya pada jari kaki tampak tofi, bendol- bendol). Penggunaan NSAID masih menimbulkan recruitment sel radang karena tidak menghambat LOX/ leukotrien (chemotoxin). Namun efeknya ini perlu diturunkan untuk mencegah adanya kemotaksis dengan penggunaan kortikosteroid.
NSAID tidak mempengaruhi proses penyakit (ex. kerusakan jaringan muskuloskeletal) dan hanya mencegah simtom peningkatan prostaglandin pada kerusakan jaringan. Jadi, NSAID memblok pembentukan prostaglandin, akan tetapi jaringan tetap rusak. NSAID efeknya bersifat sentral, sehingga tidak menimbulkan adiksi.
Penggunaan NSAID sebagai antipiretik digunakan untuk demam yang patologis (tidak digunakan untuk demam karena peningkatan suhu setelah aktivitas yang berlebih). Demam patologis dirangsang oleh zat pirogen endogen (IL-1) yang mengakibatkan pelepasan prostaglandin di preoptik hipotalamus. Penggunaannya untuk simptomatik juga (ketika panas turun harus dihentikan).
2.5 Efek samping
Selain menimbulkan efek terapi yang sama, obat NSAID juga memiliki efek samping serupa, karena didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis PG. Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Beratnya efek samping ini berbeda pada masing-masing obat. Dua mekanisme terjadinya iritasi lambung ialah: (1) iritasi yang bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan; dan (2) iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui hambatan biosintesis PGE2 dan PGI2. Kedua PG ini banyak ditemukan di mukosa lambung dengan fungsi menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mucus usus halus yang bersifat sitoprotektif.
2.6 Contoh-contoh Dari Obat AINS
1. Asam mefenamat dan Meklofenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgetika dan anti-inflamasi, asam mefenamat kurang efektif dibandingkan dengan aspirin. Meklofenamat digunakan sebagai obat anti-inflamasi pada reumatoid dan osteoartritis. Asam mefenamat dan meklofenamat merupakan golongan antranilat. Asam mefenamat terikat kuat pada pada protein plasma. Dengan demikian interaksi dengan oabt antikoagulan harus diperhatikan.
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa lambung. Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari. Sedangakan dosis meklofenamat untuk terapi penyakit sendi adalah 240-400 mg sehari. Karena efek toksisnya di Amerika Serikat obat ini tidak dianjurkan kepada anak dibawah 14 tahun dan ibu hamil dan pemberian tidak melebihi 7 hari.
2. Diklofenak
Diklofenak merupakan derivat asam fenilasetat.  Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung lengkap dan cepat. Obat ini terikat pada protein plasma 99% dan mengalami efek metabolisma lintas pertama (first-pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh singkat 1-3 jam, dilklofenakl diakumulasi di cairan sinoval yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut.
Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala sama seperti semua AINS, pemakaian obat ini harus berhati-hati pada pasien tukak lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan. Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dua atau tiga dosis.
 3. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama kali dibanyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya efek anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin, sedangkan efek anti-inflamasinya terlihat pada dosis 1200-2400 mg sehari. Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai dicapai setelah 1-2 jam. 90% ibuprofen terikat dalam protein plasma, ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap.
Pemberian bersama warfarin harus waspada dan pada obat anti hipertensi karena dapat mengurangi efek antihipertensi, efek ini mungkin akibat hambatan biosintesis prostaglandin ginjal. Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum wanita hamil dan menyusui. Ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas dibeberapa negara yaitu inggris dan amerika karena tidak menimbulkan efek samping serius pada dosis analgesik dan relatif lama dikenal.
 4. Fenbufen
Berbeda dengan AINS lainnya, fenbufen merupakan suatu pro-drug. Jadi fenbufen bersifat inaktif dan metabolit aktifnya adalah asam 4-bifenil-asetat. Zat ini memiliki waktu paruh 10 jam sehingga cukup diberikan 1-2 kali sehari. Absorpsi obat melalui lambung dan kadar puncak metabolit aktif dicapai dalam 7.5 jam. Efek samping obat ini sama seperti AINS lainnya, pemakaian pada pasien tukak lambung harus berhati-hati. Pada gangguan ginjal dosis harus dikurangi. Dosis untuk reumatik sendi adalah 2 kali 300 mg sehari dan dosis pemeliharaan 1 kali 600 mg sebelum tidur.

 5. Indometasin
Merupakan derivat indol-asam asetat. Obat ini sudah dikenal sejak 1963 untuk pengobatan artritis reumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini efektif tetapi karena toksik maka penggunaan obat ini dibatasi. Indometasin memiliki efek anti-inflamasi sebanding dengan aspirin, serta memiliki efek analgesik perifer maupun sentral. In vitro indometasin menghambat enzim siklooksigenase, seperti kolkisin.
Absorpsi pada pemberian oral cukup baik 92-99%. Indometasin terikat pada protein plasma dan metabolisme terjadi di hati. Di ekskresi melalui urin dan empedu, waktu paruh 2- 4 jam. Efek samping pada dosis terapi yaitu pada saluran cerna berupa nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung dan pankreatis. Sakit kepala hebat dialami oleh kira-kira 20-25% pasien dan disertai pusing. Hiperkalemia dapat terjadi akibat penghambatan yang kuat terhadap biosintesis prostaglandin di ginjal.
Karena toksisitasnya tidak dianjurka pada anak, wanita hamil, gangguan psikiatrik dan pada gangguan lambung. Penggunaanya hanya bila AINS lain kurang berhasil. Dosis lazim indometasin yaitu 2-4 kali 25 mg sehari, untuk mengurangi reumatik di malam hari 50-100 mg sebelum tidur.
 6. Piroksikam dan Meloksikam
Piroksikam merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivat asam enolat. Waktu paruh dalam plasma 45 jam sehingga diberikan sekali sehari. Absorpsi berlangsung cepat di lambung, terikat 99% pada protein plasma. Frekuensi kejadian efek samping dengan piroksikam mencapai 11-46% dan 4-12%. Efek samping adalah gangguan saluran cerna, dan efek lainnya adalah pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit. Piroksikam tidak dianjurkan pada wanita hamil, pasien tukak lambung dan yang sedang minum antikoagulan. Dosis 10-20 mg sehari.
Meloksikam cenderung menghambat COXS-2 dari pada COXS-1. Efek samping meloksikam terhadap saluran cerna kurang dari piroksikam.
 7. Salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal dengan asetosal atau aspirin adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan. Struktur kimia golongan salisilat.
Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derivatnya yang dapat dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dengan substitusi pada gugus hidroksil, misalnya asetosal. Untuk memperoleh efek anti-inflamasi yang baik dalam kadar plasma perlu dipertahankan antara 250-300 mg/ml. Pada pemberian oral sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian. Setelah diabsorpsi salisilat segera menyebar ke jaringan tubuh dan cairan transeluler sehingga ditemukan dalam cairan sinoval. Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik, efek samping lain adalah gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesa tromboksan.
 8. Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat merupakan sejenis obat yang sering digunakan sebagai penghilang rasa nyeri atau sakit minor, peradangan atau anti-inflamasi, dan antipiretik (pada demam). Selain digunakan sebagai analgesik untuk nyeri dari berbagai penyebab (sakit kepala, nyeri tubuh, arthritis, dismenore, neuralgia, gout, dan sebagainya), dan untuk kondisi demam, aspirin juga berguna dalam mengobati penyakit rematik, dan sebagai anti-platelet (untuk mengencerkan darah dan mencegah pembekuan darah) dalam arteri koroner (jantung) dan di dalam vena pada kaki dan panggul.
Aspirin menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat enzim COX-2. Molekul aspirin menempel pada enzim COX-2.Penempelan ini menghambat enzim melakukan reaksi kimia. Bila tidak ada reaksi kimia yang dihasilkan, tidak ada pesan ditransmisikan ke otak untuk memproduksi prostaglandin. Dengan tidak diproduksinya  prostaglandin, rasa sakit kepala dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali.
Dosis aspirin bervariasi sesuai dengan intensitas rasa sakit yang dirasakan. Biasanya dosis normal adalah 324 mg setiap empat jam. Untuk sakit kepala berat, Anda dapat mengambil hingga 648 mg aspirin setiap empat jam. Disarankan tidak mengonsumsi lebih dari 48 tablet dalam jangka waktu dua puluh empat jam. Anak-anak di bawah usia dua belas tahun harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi aspirin.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1.  AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), anti piretik (penurun panas), dan anti inflamasi (anti radang).
2. Obat ini mempunyai sifat mampu mengurangi nyeri, demam dengan inflamasi, dan yang disertai dengan gangguan inflamasi nyeri lainnya.
3.  AINS menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu.
4. Asam mefenamat dan Meklofenamat, Diklofenak, Ibuprofen, Fenbufen, Indometasin, Piroksikam dan Meloksikam, Salisilat, Diflunsial, Fenilbutazon dan Oksifenbutazon.

DAFTAR PUSTAKA

Priyanto, 2010. Farmakologi Dasar. Leskonfi. Jakarta.

Tjay, T.H,. dan Kirana, R,. 2008. Obat-obat Penting. PT Gramedia. Jakarta.



Herbarium Nilam


HERBARIUM KENDARI
JURUSAN FARMASI - UHO
JL. H.E.A. MOKODOMPIT KENDARI- INDONESIA

No :  01                                                                                            Date: 16 Desember 2013
Collector      : Asman Sadino
Klasification:
Kingdom      : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Sub divisio   : Gymnospermae
Classis          : Dicotyledoneae
Ordo             : Lamiales
Famili           : Lamiaceae
Genus           : Pogostemon
Spesies         : Pogostemon hortensis Benth

Vern Name : Nilam
Locality       : Btn Medi Brata Indah I
Remarks:
             Nilam (Pogostemon cablin Benth) adalah suatu tumbuhan berhabitus semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan minyak nilam. Di Indonesia terdapat tiga jenis nilam yaitu 1). P. cablin Benth. Syn. P. pathcouli Pellet var. Suavis Hook disebut nilam aceh, 2). P. heyneanus Benth disebut nilam jawa, dan 3). P. hortenis Becker disebut nilam sabun. Tanaman nilam merupakan jenis tanaman berakar serabut (Fibrilla radicalis), Arah tumbuh batang menjalar, batangnya berkayu dengan diameter berkisar antara 10-20 mm. Sistem percabangan banyak dan bertingkat mengelilingi batang antara (3-5 cabang per tingkat). Nilam merupakan tanaman herba renik, mempunyai banyak cabang dan tumbuh hingga mencapai tinggi 1.0 m. Batang dan cabangnya berwarna hijau, berbentuk empat segi dan diselaputi bulu yang halus. Mempunyai daun tunggal (Folium simplex), daunnya berbentuk bagian tengah yang lebar (Elliptical), 8−10 cm panjang dan 5−8 cm lebar, tebal dan bergerigi, permukaan daun memiliki bulu halus (pilosus), tata letak daun berhadapan (opposite), tepi daun bertoreh (divisus), pangkal daun (acuminatus), bangun daun (circumsriptio), ujung daun meruncing (acumunatus), warna daun berwarna hijau tua dan mengeluarkan aroma yang unik bila diramas. Tanaman nilam menjadi salah satu penghasil minyak atsiri, minyak yang dihasilkan oleh tanaman nilam disebut dengan minyak nilam. Minyak ini antara lain digunakan sebagai zat pengikat dalam industri parfum, sabun, hair tonic, dan beberapa industri kosmetika. Minyak tersebut diperoleh dari hasil penyulingan daun dan tangkai tanaman nilam. Dari segi perobatan tradisional, air rebusan daun nilam digunakan untuk mengobati sakit asma, batuk dan demam.


HERBARIUM KENDARI
JURUSAN FARMASI - UHO
JL. H.E.A. MOKODOMPIT KENDARI- INDONESIA

No : 01                                                                                             Date: 16 Desember 2013
Collector : Ega Rina
Klasifikasi:
Regnum                                       : Plantae
Divisio
Sub divisio : Gymnospermae/Angiospermae   : Spermatophyta

Classis                                         : Dicotyledoneae
Ordo                                            : Apocynales
Familia                                         : Apocynaceae
Genus                                          : Alamanda
Spesies                                         : Alamanda purpureceae L
Vern Name : Bunga Terompet
Locality : Jalan Wayong II Dalam
Remarks:
Bunga alamanda (....) berhabitus semak,perdu/pohon? Yang sering ditemukan ditempat...?mempunyai akar tunggang (Radix primaria). Arah tumbuh batang tegak lurus (Erectus), percabangannya monopodial dengan ketinggian kira-kira ....?. Bentuk batang...(...), warnanya batang n sifat yang lain kalau ada seperti pembelit..?Mempunyai daun tunggal (Folium simplex), tata letak daun (....) berhadapan ?, bangun daun (Circumsriptio)....(....)?, pangkal daun (Basis folii) ...bulat? (....), tepi daun (Margo folii) rata? (....), ujung daun (Apex folii),,,(...), daging daun (Intervenium),,,(...), warna daun hijau. Mempunyai bunga majemuk dan lengkap/tidak lengkap ? yang terdiri dari kelopak (Kalix), mahkota (Corolla), Benang sari (Stamen) dan putik (Pistillum). Rumus bunganya kalau ada ? kemudian dijelaskan mengenai kelopaknya berlekatan atau tdk? Mahkota?benang sari dan putiknya ?serta kedudukannya dalam bunga tenggelam, mengapung ?.buahnya n bijinya ?

Bunga Alamanda umumnya berwarna kuning berbentuk seperti terompet, namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan bunga ini disilangkan sehingga memiliki warna bunga bermacam-macam, seperti: Alamanda nerrifolia (berwarna kuning cerah), Alamanda cathartica (berwarna kuning), Alamanda purpureceae (berwarna ungu). Tanaman Alamanda termasuk dalam golongan perdu berkayu dan tinggi yang dapat mencapai 2 meter. Berakar tunggang, percabangan monopodial, arah cabang terkulai, bertangkai pendek, tersusun berhadapan (folia oposita), bergetah, bunga mejemuk. Tanaman ini bersifar evergreen (hijau sepanjang tahun) batangnya yang sudah tua akan berwarna coklat karena pembentukan kayu, sementara tunas mudanya berwarna hijau, daunnya memiliki bentuk yang melancip diujung dengan permukaan yang kasar dengan panjang 6-16 cm.