Friday, May 2, 2014

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK II PERCOBAAN V DISPERSI KOLOID DAN SIFAT-SIFATNYA


                                            LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK II
PERCOBAAN V
DISPERSI KOLOID DAN SIFAT-SIFATNYA





OLEH

NAMA                     : ASMAN SADINO
NIM                           : F1F1 12 092
KELAS                     : C
KELOMPOK            : II
ASISTEN                  : HASRIYANI
 



LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013


PERCOBAAN V
DISPERSI KOLOID DAN SIFAT-SIFATNYA
          
A.      TUJUAN
Tujuan pada percobaan dispersi koloid dan sifat-sifatnya adalah untuk memberikan gambaran tentang sifat-sifat larutan koloid.
B.       LANDASAN TEORI
Koloid adalah sistem disperse, sistem disperse merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa suatu zat terbagi halus dalam zat lain. Berdasarkan perbedaan ukuran yang didispersikan, sistem disperse dibedakan atas diapersi kasar, dispersi halus, dan dispersi molekuler. Zat yang terbagi atau didispersikan disebut fase disperse, fase intem,atau fase diskontinu, sedangkan zat yang digunakan untuk mendispersikan disebut fase pendispersi, fase ekstern atau fase kontinu (Sumardjo, 2006).
Koloid mempunyai partikel yang ukurannya berkisar antara ukuran rata-rata molekul (1m) sampai batas bawah daya pisah mikroskop optic (1 ). Dalam suspense akan tetap terdispersi karena terlalu kecil untuk mengendap karena gravitasi, system koloid misalnya air susu (padatan dalam cairan) atau asap (padatan dalam gas) (Handyana, 2002).
Mobilitas koloid dipengaruhi oleh perubahan kimia larutan yang mengubah interaksi gaya- gaya antara permukaan koloid dan butiran aquifer. Gaya antar muka itu terdiri dari gaya tarik menarik Londonvan der Waals dan gaya tolak menolak. Hasil netto dari interaksi kedua gaya permukaan tersebut dijelaskan dengan teori DLVO. Agar koloid dapat bergerak perubahan kimia larutan harus menghasilkan gaya repulsi pada permukaan koloid dan butiran yang lebih besar dari gaya tarik menariknya. Transport koloid ini dapat dihambat dengan filtrasi. Karena ukurannya yang relatif besar dibandingkan dengan larutan, maka koloid mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan unsure terlarut (Heru, 2012).
Koloid liofilik ini disebut koloid pelindung. Koloid liofilik umumnya lebih sukar dikoagulasikan dibandingkan dengan koloid liofobik. Jika suatu koloid liofilik misalnya gelatin ditambahkan kepada suatu koloid liofobik, missal koloid emas maka koloid liofobik itu nampak terlindung kuat terhadap daya memflokulasi dari elektrolit-elektrolit. Kemungkinannya adalah bahwa partikel-partikel koloid liofilik diadsorbsi oleh koloid liofobik dan memberikan sifat-sifatnya terhadap kolid liofobik tersebut. (Based J.,dkk. 1991).
Konsentrasi koloid yang tinggi berkorelasi dengan jumlah partikel yang tinggi di larutan sehingga dapat meningkatkan frekuensi tumbukan dari partikel yang sudah menjadi tidak stabil (terdestabilisasi) dan akhirnya dapat memperbaiki kinetika flokulasi. Konsentrasi koloid yang tinggi memberikan peningkatan pada derajat penurunan kekeruhan pada dosis yang sama, dan juga memperlebar rentang pH operasi terutama pada penggunaan koagulan alum (Winarni, 2003).


C.      ALAT DAN BAHAN
1.      Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan dispersi koloid dan sifat-sifatnya  adalah:

·         Batang pengaduk
·         Botol vial
·         Erlenmeyer 125 ml
·         Gelas kimia 125 ml
·         Gelas kimia 600 ml
·         Konduktometer
·         Labu takar 100 ml
·         Mistar
·         Pipa kapiler
·         Pipet tetes         
·         Spatula
·         Tabung sentrifus
·         Timbangan analitik
·         Turbidimeter




2.      Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan disperse koloid dan sifat-sifatnya adalah :
·         Akuades
·         Deterjen
·         Minyak




D.    PROSEDUR KERJA
Deterjen
1.      Deterjen
-      ditimbang deterjen sebanyak 1 g; 2 g dan 3 g
-    dilarutkan dalam aquades dengan menggunakan labu takar hingga tanda tera
-       dikocok dan dimasukkan ke dalam botol gelap
-        diambil beberapa bagian kemudian dimasukkan ke dalam botol vial.
- diukur kenaikan tinggi cairan dengan pipa kapiler
- dilakukan penentuan tegangan permukaan,
-  diukur konduktivitasnya dengan menggunakan konduktometer

Hasil…?








2.      Koloid minyak-air dan air-minyak
Minyak


- dimasukkan 25 ml ke tabung sentrifugasi.
-    ditambahkan 3 ml larutan deterjen 1%, 2 % dan 3%
-    dimasukkan dalam botol vial
-       dikocok dan didiamkan
- diukur kenaikan tinggi larutan  sabun di dalam pipa kapiler
-   ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung’
-   diukur tinggi kenaikan cairan dalam pipa kapiler, lalu tentukan tegangan permukaan.
-   ditentukan konduktivitasnyadengan konduktometer
- ditentukan kekeruhannya dengan turbidimeter.
-   dibuatkan hubungan antara konsentrasi dengan tegangan permukaan, konduktivitas dan kekeruhannya.


Hasil…?



E.       HASIL PENGAMATAN
1.      Tabel Hasil Pengamatan
a.       Deterjen
No
Konsentrasi
Tinggi Cairan Dalam Botol Vial
Tinggi Cairan Dalam Pipa Kapiler
1
1%
4 cm
5,7 cm
1,7 cm
2
2%
4 cm
6,5 cm
2,5 cm
3
3%
4 cm
6,8 cm
2,8 cm

b.      Koloid air minyak dan minyak air
-          Berat Molekul Koloid
No
Konsentrasi
Berat Botol Vial Kosong
Tinggi Cairan Dalam Pipa Kapiler
Berat Larutan
(b-a)
1
1%
10,01 gr
22,37 gr
12,37 gr
2
2%
10,01 gr
21,87 gr
11,87 gr
3
3%
10,01 gr
21,92 gr
11,92 gr




-          Tegangan Permukaan Koloid
No
Konsentrasi
Tinggi Koloid Dalam Botol Vial (h0)
Tinggi Koloid Dalam Pipa Kapiler (h1)
1
1%
4 cm
5,1 cm
1,1 cm
2
2%
4 cm
3,9 cm
0,1 cm
3
3%
4 cm
3,2 cm
0,8 cm

-          Konduktivitas Koloid
No
Konsentrasi
Konduktivitas
1
1%
220  
2
2%
-
3
3%
-

-          Turbiditas atau kekeruhan koloid
No
Konsentrasi
Turbiditas
1
1%
-
2
2%
-
3
3%
-



F.     PEMBAHASAN
Koloid adalah suatu keadaan antara larutan dan suspensi. Suatu kumpulan dari beberapa ratus atau beberapa ribu partikel yang membentuk partikel lebih besar dengan ukuran sekitar 10 Å sampai 2 000 Å dikatakan berada dalam keadaan koloid. Dalam suatu sistem koloid, partikel-partikel koloid terdispersi(tersebar) dalam medium pendispersinya. Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase terdispers, terdistribusi ke seluruh medium kontinu atau medium terdispersi. Umumnya dibuat tiga golongan ukuran, yaitu dispersi molekuler, dispersi koloid, dan dispersi kasar. Sistem koloid bisa digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan interaksi partikel-partikel, molekul-molekul, atau ion-ion dari fase terdispers dengan molekul-molekul dari medium disperse.
Sifat-sifat koloid dapat dibagi menjadi Efek Tyndall yaitu penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid, Gerak Brown yaitu gerak tak menentu partikel-partikel koloid secara patah-patah (zig-zag), Elektroforesis yaitu pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektroda, Absorpsi yaitu peristiwa ketika permukaan suatu zat dapat menyerap zat lain, Koagulasi yaitu proses penggumpalan partikel-partikel koloid, Dialisis yaitu proses penghilangan ion-ion pengganggu dengan cara menyaring menggunakan membran/selaput semi permeabel, Koloid pelindung yaitu suatu koloid yang dapat melindungi koloid tersebut agar tidak terkoagulasi.
Koloid hidrofobik adalah koloid yang butiran-butiran partikelnya ( fase dispers) tidak dapat membungkus diri dengan air (medium dispers) sehingga dalam koloid ini tidak terdapat lapisan solvent yang mengelilingi fase dispers. Sedangkan koloid hidrofilik adalah koloid yang butiran-butiran partikelnya (fase dispersnya) membungkus diri dengan air (medium dispers). Peristiwa ini dinamakan solvatasi, yaitu melekatnya molekul-molekul air pada fase dispers sebagai akibat dari gaya tarik menarik antara fase dispers dan medium dispers. Sifat sifat koloid seperti viskositas, pengaruh elektrolit (stabilitas), pengendapan, dan reversibilitas. Jenis sistem koloid pada percobaan ini adalah termasuk hidrofilik atau hidrofobik karena solven atau pelarut yang digunakan adalah air.
Praktikum kali ini, yaitu praktikan diharapkan dapat mengetahui sifat-sifat koloid. Pertama-tama praktikan harus membuat campuran deterjen dengan konsentrasi berbeda-beda yaitu konsentrasi 1%, 2% dan 3%. Dengan mencampurkan 1 g, 2 g dan 3 g deterjen ke dalam 100 ml akuades. Setelah itu di masukkan ke dalam tabung sentrifus lalu diukur tegangan permukaannya . dari data hasil pengamatan didapatkan nilai tegangan permukaannya masing-masing sebesar 1,7 ; 2,5 ; dan 2,8 . Hal yang dilihat disini adalah semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka nilai tegangan permukaannya juga akan  semakin besar. Tetapi pada saat diukur nilai konduktivitasnya hanya konsentrasi 1 % yang terbaca pada konduktometer sedangkan pada konsentrasi 2 % dan 3 % tidak terbaca pada konduktometer. Hal ini mungkin dikarenakan kekentalan larutan yang diuji konduktivitasnya mungkin sangat kental sehingga konduktometer yang digunakan tidak mampu membaca dengan baik konduktivitas larutan tersebut.
Percobaan kedua yaitu melihat sifat-sifat koloid minyak-air dan sifat koloid air-minyak. Perlakuannya adalah pertama-tama minyak diambil 25 ml dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifus lalu ditambahkan larutan deterjen 1%; 2% dan 3% tadi sebanyak 3 ml . Kemudian, diukur nilai kekeruhan larutan tersebut. Pengukuran turbiditas/kekeruhan larutan deterjen 1%; 2%; dan 3% masing-masing  yaitu dengan menggunakan turbidimeter. Namun,  kami tidak memperoleh hasil turbiditas/kekeruhan koloid karena alat tidak mampu lagi membaca kekeruhannya. Hal ini dikarenakan konsentrasi larutan dan tingkat kekeruhannya berbanding lurus, semakin tinggi konsentrasi larutan maka kekeruhannya juga akan semakin tinggi, begitupun sebaliknya.
Kesalahan - kesalahan yang terjadi pada percobaan ini juga dapat mempengaruhi data percobaan. Kesalahan yang terjadi seperti: kesalahan dalam perhitungan waktu alir fluida yang diukur serta kesalahan  yang dilakukan oleh praktikan.
Kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.
G.    KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sifat-sifat koloid yang dapat dilihat pada percobaan yaitu seperti viskositas, konduktivitas, pengendapan, dan turbiditas. Sistem koloid pada percobaan ini adalah termasuk hidrofilik atau hidrofobik karena solven atau pelarut yang digunakan adalah air.

DAFTAR PUSTAKA


Bassett J.,dkk. 1994. Buku Ajar Vogel. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta
Handyana. A. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka; Jakarta
Heru, S. dan Suryantoro. 2012. Pengaruh Ukuran Butir Koloid Terhadap Deposisi Koloid Pada Tanah Sekitar Fasilitas Penyimpanan Lestari Limbah Radioaktif. Jurnal Teknologi Limbah Radioaktif. Vol. 2

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta
Winarni. 2003. Koagulasi Menggunakan Alum Dan Paci. MAKARA TEKNOLOGI. Vol. 7


















2.  Analisis Data
a.    Tegangan permukaan detergen
Dik :
r = 0,5 mm = 0,05 cm
d = 1,23 g/cm3
g = 9,8 m/s2
h1 = 1,7 cm ; h2 = 2,5 cm ; h3 = 2,8 cm
Dit :
·      Tegangan permukaan detergen pada h1 ?
·      Tegangan permukaan detergen pada h2 ?
·      Tegangan permukaan detergen pada h3 ?
Penyelesaian :
·      Tegangan permukaan detergen pada h1 = 1,7 cm
ˠ  =   r.h.d.g
ˠ  =   0,05 cm x 1,7 cm x 1,23 g/cm3 x 9,8 m/s2
ˠ  = 0,51 g/cm.m/s2
ˠ  = 0,51 gms-2/cm
ˠ  = 0,51 dyne/cm
·      Tegangan permukaan detergen pada h2 = 2,5 cm
ˠ  =   r.h.d.g
ˠ  =   0,05 cm x 2,5 cm x 1,23 g/cm3 x 9,8 m/s2
ˠ  = 0,75 g/cm.m/s2
ˠ  = 0,75 gms-2/cm
ˠ  = 0,75 dyne/cm

·      Tegangan permukaan detergen pada h3 = 2,8 cm
ˠ  =   r.h.d.g
ˠ  =   0,05 cm x 2,8 cm x 1,23 g/cm3 x 9,8 m/s2
ˠ  = 0,84 g/cm.m/s2
ˠ  = 0,84 gms-2/cm
ˠ  = 0,84 dyne/cm

b.    Tegangan permukaan minyak – air
Dik :
r = 0,5 mm = 0,05 cm
d = 1,23 g/cm3
g = 9,8 m/s2
h1 = 1,1 cm ; h2 = 0,1 cm ; h3 = 0,8 cm
Dit :
·            Tegangan permukaan koloid pada h1 ?
·            Tegangan permukaan koloid pada h2 ?
·            Tegangan permukaan koloid pada h3 ?
Penyelesaian :
·            Tegangan permukaan detergen pada h1 = 1,1 cm
    ˠ  =   r.h.d.g
    ˠ  =   0,05 cm x 1,1 cm x 1,23 g/cm3 x 9,8 m/s2
    ˠ  = 0,33 g/cm.m/s2
    ˠ  = 0,33 gms-2/cm
    ˠ  = 0,33 dyne/cm
·            Tegangan permukaan detergen pada h2 = 0,1 cm
    ˠ  =   r.h.d.g
ˠ  =   0,05 cm x 0,1 cm x 1,23 g/cm3 x 9,8 m/s2
ˠ  = 0,03 g/cm.m/s2
ˠ  = 0,03 gms-2/cm
ˠ  = 0,03 dyne/cm

·            Tegangan permukaan detergen pada h3 = 0,8 cm
ˠ  =   r.h.d.g
ˠ  =   0,05 cm x 0,8 cm x 1,23 g/cm3 x 9,8 m/s2
ˠ  = 0,24 g/cm.m/s2
ˠ  = 0,24 gms-2/cm
ˠ  = 0,24 dyne/cm








3.    Grafik
1.    Grafik hubungan antara konsentrasi koloid dan tinggi kloid dalam pipa kapiler.
2.      Grafik hubungan antara konsentrasi koloid dan turbiditas/ kekeruhan koloid.




3.      Uraian bahan
·      Air suling (Dirjen POM,1979 : 96)
Nama resmi                 : Aqua Destilatta
Nama lain                    : Air suling / aquadest
RM/BM                       : H2O/18,02
Pemerian                  :Carian jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan  tidak mempunyai rasa.
Penyimnpanan             : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan                    : Sebagai pelarut.
·      Minyak Kelapa (Dirjen POM,1979 : 56)

Nama resmi                 : Oleum cocus

Nama latin                   : Minyak kelapa

RM/BM                        : -

Pemerian                       :Jernih tidak berwarna, kuning pucat, bau khas, tidak tengik
Kelarutan                      :Larut dalam 2 bagian etanol (95%) pada suhu 60oC, sangat mudah larut dalam kloroform p dan dalam eter p.
Penyimpanan               :Dalam wadah tertutup baik, terlindungi cahaya, sejuk.