Tuesday, November 22, 2016

Praktikum Mikrobiologi Farmasi: Percobaan 5. Kapang dan Khamir

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Penggunaan jamur (cendawan, kapang, dan khamir) dalam kehidupan kita sehari-hari bukanlah hal yang baru, apakah itu menyangkut proses fermentasi sederhana, atau proses fermentasi yang berkembang sampai ke skala industri. Beribu-ribu tahun lalu, tanpa sadar, manusia sudah memanfaatkan kapang dan khamir untuk menghasilkan makanan tertentu dan juga untuk mengawetkan aneka bahan pangan. Contohnya adalah yoghurt, anggur, kefir, aneka tempe, oncom, keju khusus, dan lain sebagainya. Rasa dan aroma bahan pangan yang ditumbuhi kapang atau khamir disukai oleh banyak bangsa karena rasanya yang enak dan aromanya yang khas. Pengalaman membuktikan bahwa makanan fermentasi tradisional yang berjamur itu tidak racun, sehingga manusia berusaha untuk selalu membuatnya dengan proses perlakuan yang sama agar produk yang diperolehnya sama pula. Mereka tidak mengetahui sama sekali bahwa aktivitas jamur dapat menyebabkan perubahan pada bahan pangan mereka. Apabila timbul suatu bau yang busuk baru mereka katakan, bahwa pangan tersebut sudah rusak dan tidak akan mereka konsumsi lagi. Teknologi yang menggunakan khamir misalnya, merupakan aplikasi sains tertua yang dapat ditelusur dan telah ditemukan kurang lebih 6000 tahun lalu di Mesir.

B.     Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami morfologi kapang dan khamir secara makroskopik, mikroskopik langsung dan mikroskopik tidak langsung
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengamati morfologi kapang dan khamir secara makroskopik, mikroskopik langsung dan mikroskopik tidak langsung
D. Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah mengamati morfologi kapang dan khamir yang tumbuh pada sampel roti yang berjamur secara makroskopik dan mikroskopik.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Teori Umum
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Peran mikroorganisme sangat luas yang mencakup di berbagai bidang yang meliputi : bidang pangan, kesehatan, industri, ekologi, teknik rekayasa genetika, dan lain-lain. Peran tersebut ada yang merugikan dan ada pula yang menguntungkan (Nurtjahyani, 2011).
Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar.khamir sangat beragam ukurannya,berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan panjangnya dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk.Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya  (Coyne, 1999).
Kapang memiliki tubuh atau talus terdiri dari 2 bagian yaitu miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm. Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma (Syamsuri, 2004).
Eksplorasi untuk mengungkap keanekaragaman hayati  mikoflora kapang tidak lepas dari cara mengisolasi kapang  dari substrat alaminya. Karena tiap jenis kapang memiliki relung habitat, sifat-sifat, ciri dan karakter yang berbeda,  maka kapang membutuhkan cara dan metode  pengisolasian yang berbeda pula. Secara umum isolasi  kapang dari habitat alaminya dapat dilakukan melalui dua  pendekatan, yaitu metode isolasi langsung dan tidak  langsung. Metode isolasi  yang digunakan akan sangat menentukan jenis kapang yang akan diperoleh. Kapang yang berhasil diisolasi dari  substrat alaminya lebih lanjut membutuhkan serangkaian penanganan, pemeliharaan, dan penyimpanan untuk ditelaah lebih lanjut aktifitas maupun potensinya (Ilyas, 2007).
Sumber mikroorganisme dalam pembuatan probiotik dapat berasal dari khamir (yeast), jamur, kapang dan kombinasi dari mikroorganisme tersebut. Ilerdasarkan penggundan mikroorganismenya dikenal ada tiga Jenis probiotik dalam industri makanan ternak yaitu kultur khamir (yeast culture), kultur bakteri (bacterial culture) dan substansi yang merangsang pertumbuhan bakteri probiotik atau bacterial stimulant (Rochana, 2007).


B. Uraian Bahan
1.  Agar (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : 74)
Nama resmi           :   Agar
Nama lain              :   Agar-agar
Pemerian                :   Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput dan berlekatan, atau berbentuk keping, serpih atau butiran; jingga lemah kekuningan, abu-abu kekuningan sampai kuning pucat atau tidak berwarna; tidak berbau atau berbau lemah; rasa berlendir; jika lembab liat; jika kering rapuh
Kelarutan               :   Praktis tidak larut dalam air, dan larut dalam air mendidih.
Kegunaan               :   Sebagai bahan pemadat medium.
Penyimpanan          :   Dalam wadah tertutup baik.
2.  Aquades (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : 96)
Nama resmi           :   Aqua Destillata
Sinonim                  :   Aquadest / Air Suling
RM / BM                :   H2O / 18,02
Rumus struktur     :   H – O - H
Pemerian                :   Cairan jernih, tidak berwarna. Tidak berasa, tidak berbau.
Penyimpanan          :   Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan               :   Sebagai pelarut
3.  Dekstrosa (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : )
Nama resmi           :   Dextrosum
Sinonim                  :   Dekstrosa
RM / BM                :   C6H12O6.H2O / 180,16
Pemerian                :   Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manis.
Kelarutan               :   Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan          :   Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan               :   Sebagai komponen pembuat medium PDA
4.  Ekstrak Beef (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : )
Nama resmi           :   Beef Extract
Nama lain              :   Kaldu nabati, kaldu hewani, ekstrak beef
Pemerian                :   Berbau dan berasa pada lidah. Kaldu daging sapi konsentrat diperoleh dengan mengekstraksi daging sapi segar tanpa lemak, dengn cara merebus dalam air dan menguapkan kaldu pada suhu rendah dalam hampa udara sampai terbentuk residu kental berbentuk pasta. Massa berbentuk pasta, berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua, baud an rasa seperti daging, sedikit asam.
Kelarutan               :   Larut dalam air dingin.
Kegunaan               :   Sumber protein untuk pertumbuhan mikroorganisme
Penyimpanan          :   Simpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
5.  Ekstrak Yeast (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : 671)
Nama resmi           :   Ekstrak ragi
Sinonim                  :   Sari ragi
Pemerian                :   Kuning kemerahan sampai coklat, bau khas tidak busuk
Kelarutan               :   Larut dalam air, membentuk larutan kuning sampai coklat, bereaksi asam lemah, tidak mengandung karbohidrat
Penyimpanan          :   Dalam wadah tertrutup baik
6.  Pepton (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : 721)
Nama resmi           :   Pepton
Pemerian                :   Serbuk, kuning kemerahan sampai coklat, bau khas, tapi tidak busuk.
Kelarutan               :   Larut dalam air; memberikan larutan berwarna coklat kekuningan yang bereaksi agak asam; praktis tidak larutan dalam etanol (95%) P dan dalam eter P
Penyimpanan          :   Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan               :   Sebagai komponen pembuat medium PDA
7. Etanol (Ditjen POM, 1979, Hal. 65)
Nama resmi           : Aethanolum
Sinonim                   : Alkohol
RM / BM                 : C2H6O/46,07  
Pemerian                : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudahterbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak  berasap.
Kelarutan               : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Kegunaan                : Sebagai antipiretik
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
8. Gliserol (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : Hal 413).
Nama resmi           : Gliserin
Sinonim                   : Glycerolum
RM / BM                 : CH2OH.CHOH.CH2OH / 92,09
Pemerian                : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus.
Kelarutan               : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah dan dalam minyak menguap
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup rapat

9. Methylene Blue (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 554).
Nama resmi         : Biru metilen
Sinonim                : Methylene Blue
RM / BM              : C16H18CIN3S / 319,85
Pemerian              : Hablur atau serbuk hablur hijau tua, berkilauan seperti perunggu, tidak berbau atau praktis tidak berbau. Stabil di udara; larutan dalam air dan dalam etanol berwarna biru tua
Kelarutan             :  Larut dalam air dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam etanol
Penyimpanan        :  Dalam wadah tertutup baik
10. Asam Tartrat (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 53).
Nama resmi         : Asam tartrat
Sinonim                : Acidum tartaricum
RM / BM              : C4H6O6 / 150,09
Pemerian              : Hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur halus sampai granul, warna putih; tidak berbau; rasa asam dan stabil di udara
Kelarutan             : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik

C. Uraian Mikroba

1.    Candida sp. (Dwidjoseputro, 2003).
a.    Klasifikasi
Divisi        : Ascomycota
Kelas        : Saccharomycetes
Bangsa     : Saccharomycetales
Suku        : Saccharomycetaceae
Marga      : Candida
Spesies    : Candida sp.


b.    Morfologi
Candida sp. merupakan khamir lonjong yang berkembang biak dengan bertunas yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Khamir ini merupakan flora normal selaput mukosa saluran pernafasan, mulut, saluran pencernaan dan genitalia wanita. Candida sp. merupakan fungi oportunis yang dapat menginfeksi mulut, vagina atau kulit.
D. Uraian Sampel
1) Roti Fres House
Roti fres house mempunyai komposis yaitu tepung terigu, margarine, gula, telur, perasa makanan dan coklat bubuk.
2)   Roti Boy
Roti boy mempunyai komposisi yaitu tepung, gula, telur, mentega, margarin, dan perasa kopi.
3)   Roti Mokko
Roti mokko mempunyai komposisi yaitu tepung terigu, gula, telur, mentega, perasa makanan, pengaroma, vanili dan margarine.
4)   Roti Singapore
Roti sigapore mempunyai komposis yaitu tepung terigu, margarine, gula, telur, coklat, perasa makanan dan coklat bubuk.

5)   Roti Kantin
Roti fres house mempunyai komposis yaitu tepung terigu, margarine, gula, telur, vanilla, penrasa makanan dan pewarna makanan.


BAB III
METODE KERJA
A.  ALAT DAN BAHAN
1.  Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
a.   Autoklaf
b.  Batang pengaduk
c.   Botol semprot
d.  Bunsen
e.   Cawan petri
f.   Deck gelas
g.   Enkas
h.  Jarum inokulasi
i.    Jarum preparat
j.   Kaca objek
k.   Labu Erlenmeyer
l.    Lap halus
m. Mikroskop
n.   Ose bulat
o.   Ose lurus
p.   Oven
q.   Pinset
r.   Pipet tetes
s.   Spoit 10 ml
t.   Tabung reaksi
2.  Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
a.   Aluminium foil
b.  Asam tartrat
c.   Gliserin 10%
d.  Biakan Jamur Candida sp.
e.   Biakan Jamur roti
f.   Kapas
g.   Kertas
h.  Metilen blue
i.    PDA (potatoes dextrose agar)
j.   Tissue




B.  CARA KERJA
1.  Pembuatan Bahan Praktikum
a.   Disiapkan semua alat yang digunakan
b.  Dibuat 5 cawan petri dengan susunan batang v, objek gelas, dek gelas dan kertas saring pada wadah cawan petri, dan 10 cawan petri kosong.
c.   Dibungkus cawan petri dengan kertas
d.  Dimasukkan ke dalam oven untuk disterilkan
2.  Pembuatan Medium
a.   Ditimbang hasil perhitungan yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Yaitu untuk potato dekstrosa agar (PDA) dengan bahan kentang, dekstrosa dan agar.
b.  Kemudian dicukupkan dengan aquadest sebanyak 1000 ml.
c.   Disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C.
d.  Dimasukkan medium steril ke dalam cawan petri steril secukupnya, dibiarkan memadat dan diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu ruangan.
3.  Mengamati Morfologi Koloni Bakteri
a.   Secara mikroskopik.
Metode Gores
a)  Medium PDA ditambahkan asam tatrat.
b)  Didiamkan sampai memadat pada cawan petri.
c)  Diambil secukupnya biakan jamur menggunakan ose dengan metode gores.
d)  Digoreskan pada permukaan campuran medium PDA dan asam tatrat yang telah dibuat.
e)  Diinkubasi selama 3-5 x 24 jam pada suhu kamar.
f)  Diamati dan digabar bentuk permukaan, warna koloni, bau khas, radial furrow, zonation, exudates drops dan revers of coloni.
g)  Digambar hasil pengamatan.
b.  Mikroskopis secara langsung
a)  Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti.
b)  Diletakkan secara perlahan-lahan pada kaca objek.
c)  Diberikan 1 tetes metilen blue.
d)  Ditutup dengan menggunakan dek gelas.
e)  Diamati pada mikroskop berupa miselium, konidia, konidiofor, spora, kolomela, metula, fialid, vesikel dan rhizoid dimulai dengan pembesaran terkecil.
f)  Digambar hasil pengamatan.
c.   Mikroskopis secara tidak langsung (slide culture)
a)  Dibuat susunan batang V, objek gelas, dek gelas dan kertas saring pada wadah cawan petri.
b)  Disterilkan.
c)  Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti.
d)  Diletakkan perlahan pada objek gelas,
e)  Ditambahkan 1 tetes campuran medium PDA dan asam tatrat pada preparat.
f)  Preparat ditutup dengan dek gelas.
g)  Diteteskan gliserol 10% pada kertas saring.
h)  Cawan petri ditutup.
i)   Diinkubasi selama 3-5 x 24 jam pada suhu kamar.
j)   Diamati pada mikroskop.
k)  Digambar hasil pengamatan.


BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM

A.  Gambar Pengamatan
1. Tabel pengamatan Mikroskopik Secara Langsung
No.
Nama sampel
Keterangan
1.
Roti Mokko

2
 

1
 
1.   Spora
2.  Hifa
2.
Roti Dhiba

2
 

1
 
     
1. Spora
3.  Hifa

3.

1
 
Roti Singapure

2
 
             
1.     Spora
2.    Hifa
4.
Roti Fresh house      

2
 

1
 
IMG_7433504375409.jpeg


 
1.   Spora
2.  Hifa

5.

1
 
Roti Warung

2
 
https://scontent-a-sin.xx.fbcdn.net/hphotos-prn2/t1.0-9/1466097_765223486831164_2101547352060024738_n.jpg
1.   Hifa
2.  Spora











b. Tabel pengamatan Mikroskopik Secara tidak langsung (batang V)
No.
Nama sampel
Keterangan
1.
Roti Mokko

2
 

1
 

1.Hifa
2.Spora

2.
Roti Dhiba

1
 

2
 

1
 


 


 

1.   Hifa
2.  Spora

3.

1
 
Roti Singapure

2
 


3
 

6
 
 




1.   Hifa
2.  Spora



3.  Miselium
4.  Konidiospora
5.  Konidia
6.    Kolumela
4.
Roti Fresh House

2
 

1
 
IMG_7429694194745.jpeg

1.    Hifa
2.   Spora
5.
Roti Warung

1
 

2
 
https://scontent-a-sin.xx.fbcdn.net/hphotos-ash3/t1.0-9/q73/s480x480/10312983_765220933498086_2484942565516180378_n.jpg               
1.   Hifa
2. Spora

2.  Tabel Pengamatan
a.  Tabel pengamatan morfologi kapang dan khamir
No.
Nama sampel
Perubahan warna
Bentuk permukaan
Radial furrow
Excudat drop
Bau khas
1.
Roti mokko
Abu-abu
Kapas
Ada
Tidak ada
Tengik
2.
Roti Dhiba
Abu-abu
Kapas
Tidak ada
Tidak ada
Tengik
3.
Roti Singapure
Biru hitam
Kapas
Ada
Ada
Tengik
4.
Roti Fresh House
Hijau
Kapas
Tidak ada
Ada
Tengik
5.
Roti Warung
Hitam
Kapas
Tidak ada
Ada
Tengik


B.  Pembahasan
Kapang merupakan anggota regnum Fungi ("Kerajaan" Jamur) yang biasanya tumbuh pada permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak diolah. Sebagian besar kapang merupakan anggota dari kelas Ascomycetes. Sedangkan Khamir adalah fungi ekasel (uniselular) yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota. Sifat dari fungi antara lain mempunyai inti sel, memproduksi spora dan tidak mempunyai klorofil sehingga tidak melakukan fotosintesiss serta dinding selnya tersusun atas selulosa atau kitin atau keduanya.
Fungi terdiri atas 2 golongan yaitu kapang dan khamir, Berikut ini perbedaan antara kapang dan khamir yaitu:
-      kapang ini bersifat filamen sedangkan khamir tidak mempunyai filamen
-      Kapang multiseluler atau bersel ganda  sedangkan khamir biasanya uniseluler  atau bersel tunggal.
Kapang dan khamir merupakan bagian dari fungi. Persamaan kapang dan khamir yaitu sama-sama mampu menghasilkan suatu enzim tertentu, yang mampu merubah substrat menjadi produk tertentu, ukurannya dalam mikron (sangat kecil), dan mempunyai dinding sel.
Perbedaan utama dari keduanya adalah khamir merupakan sel tunggal (Uniseluler) sedangkan kapang bersel ganda (Multiseluler). Perbedaan lainnya yaitu kapang mempunyai filamen yang berbentuk benang dan merupakan suatu bentuk pertumbuhan, apabila organisme tersebut merupakan saprofit dalam tanah atau dalam medium lainnya.
Kapang membentuk miselium dan berbagai  bentuk spora, kelompok kapang sering dipilih berdasarkan spora aseksualnya, bentuk filamen dari kapang adalah panjang yang disebut sebagai hifa, hifa mempunyai dua struktur yaitu berspekta dan tidak berspekta  sedangkan khamir tidak mempunyai filamen dan merupakan suatu bentuk pertumbuhan apabila organisme tersebut hidup sebagai parasit atau patogen dalam jaringan, dan bereproduksi melalui pertunasan atau pembelahan sel, bentuk koloni mirip dengan bakteri.
Percobaan ini, akan diamati morfologi jamur yang tumbuh pada sampel makanan yaitu roti dengan bermacam jenis seperti roti Dhiba, roti warung, roti Singapure, roti Fresh house dan roti Mokko. Dilakukan percobaan ini, untuk mengetahui morfologi jamur dengan menggunakan berbagai metode, yaitu metode mikroskopik dan metode makroskopik.
Metode makroskopik pada percobaan ini digunakan metode gores. Metode ini menggunakan medium PDA (potatoes dekstrose agar) yang ditambahkan dengan asam tartrat di dalam cawan petri yang telah disterilisasi. Kemudian, diambil secukupnya biakan jamur Candida sp. menggunakan ose dan digoreskan pada permukaan campuran medium PDA dan asam tatrat yang telah dibuat. Asam tartrat berfungsi dalam mebantu pertumbuhan jamur. Setelah itu, medium diinkubasi selama 3 hingga 5 x 24 jam pada suhu kamar. Diamati dan digabar bentuk permukaan, warna koloni, bau khas, radial furrow, zonation, exudates drops dan revers of coloni. Dari hasil pengamatan dapat dilihat adanya pertumbuhan koloni berwarna putih dan bentuk permukaan datar.
Metode mikroskopik, digunakan metode mikroskopik langsung dan tidak langsung. Pada metode langsung, jamur dari roti mokko diamati di bawah mikroskop tanpa diinkubasi terlebih dahulu. Metode ini dilakukan dengan mengambil biakan jamur menggunakan ose pada sampel roti. Kemudian diletakkan secara perlahan-lahan pada kaca objek dan diberikan 1 tetes metilen blue. Metilen blue menurut Farmakope Indonesia digunakan sebagai antimethemoglobinemi. Pada percobaan ini, metilen blue digunakan sebagai pewarna sel agar morfologi jamur dapat terlihat jelas. Kemudian, ditutup dengan menggunakan dek gelas. Sampel ini kemudian diamati pada mikroskop dengan perbesaran lemah yaitu 4 x 10. Dari hasil pengamatan ini, dapat terlihat adanya berupa konidia, spora, kolumela, rizoid dan hifa.
Metode mikroskopik tidak langsung, jamur dari roti mokko diinkubasi terlebih dahulu di dalam enkas selama 3 x 24 jam. Sampel jamur yang tumbuh pada roti diambil sedikit kemudian diletakkan pada gelas objek yang telah disterilkan bersama dengan cawan petri sebagai wadahnya. Cawan petri yang digunakan telah disterilisasi sebelumnya di dalam oven. Kemudian, di atas gelas objek tersebut diteteskan larutan PDA (potatoes dekstrose agar) dan ditutup dengan deck gelas. PDA merupakan media semi sintetis yang biasa digunakan sebagai media pertumbuhan jamur. Setelah itu disimpan di dalam enkas selama 3 – 5 kali 24 jam. Sampel ini kemudian diamati pada mikroskop dengan perbesaran lemah yaitu 4 x 10. Dari hasil pengamatan ini, dapat terlihat adanya miselium, konidia, spora, kolumela, rizoid dan hifa.
Percobaan ini digunakan  larutan kimia, yaitu asam tatrat 1% digunakan untuk memberikan suasana asam, karena fungi mudah tumbuh pada suasana asam. Tambahan gliserol pada kertas saring yaitu untuk memberika kelembapan pada cawan petri dimana fungi ditumbuhkan. Penggunaan kertas saring agar gliserol yang diberikan dapat tersimpan pada kertas saring , karena kertas saring dapat menyerap gliserol sehingga kelembapan tetap terjaga. Digunakan batang V bertujuan agar dek dan objek gelas tidak berhubungan langsung dengan kertas saring yang telah ditetesi gliserol agar fungi dapat tumbuh lebih baik.
BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jamur roti mokko memiliki morfologi seperti spora dan hifa.
B. Saran
1.   Sebaiknya para asisten mendampingi praktikan agar diberi penjelasan mengenai bentuk-bentuk atau bagian-bagian kapang atau khamir ketika diamati di mikroskop.
2.   Sebaiknya laboratorium menyiapkan mikroskop yang banyak agar semua praktikan bisa melihat sampel yang diuji tanpa berganti-gantian dengan teman-teman yang lain.
3.   Sebaiknya praktikan tidak ribut pada saat praktikum sedang berlangsung agar pada saat ujian praktikum semua praktikan mengetahui semua prosedur kerja tiap percobaan yang dipraktekkan.



DAFTAR PUSTAKA
              
Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. USA : Delmar Publisher.
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ilyas, M. 2007. Isolasi Dan Identifikasi Mikoflora Kapang Pada Sampel Serasah Daun Tumbuhan Di Kawasan Gunung Lawu, Surakarta, Jawa Tengah. Biodivesitas.  Vol. 8, No. 2.
Nurtjahyani, 2011. Peran Mikroorganisme Dalam Perkembangan Mikrobiologi Pangan. Prospektus. Vol. Ix No. 1.
Rochana, A. 2007. Meningkatkan Kualitas Pakan Melalui Pemanfaatan Probiotik. Jurnal Ilmiah Santina. Vol.4 No. 1.

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga.