BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penggunaan jamur
(cendawan, kapang, dan khamir) dalam kehidupan kita sehari-hari bukanlah hal
yang baru, apakah itu menyangkut proses fermentasi sederhana, atau proses
fermentasi yang berkembang sampai ke skala industri. Beribu-ribu tahun lalu,
tanpa sadar, manusia sudah memanfaatkan kapang dan khamir untuk menghasilkan
makanan tertentu dan juga untuk mengawetkan aneka bahan pangan. Contohnya
adalah yoghurt, anggur, kefir, aneka tempe, oncom, keju khusus, dan lain sebagainya.
Rasa dan aroma bahan pangan yang ditumbuhi kapang atau khamir disukai oleh
banyak bangsa karena rasanya yang enak dan aromanya yang khas. Pengalaman
membuktikan bahwa makanan fermentasi tradisional yang berjamur itu tidak racun,
sehingga manusia berusaha untuk selalu membuatnya dengan proses perlakuan yang
sama agar produk yang diperolehnya sama pula. Mereka tidak mengetahui sama
sekali bahwa aktivitas jamur dapat menyebabkan perubahan pada bahan pangan
mereka. Apabila timbul suatu bau yang busuk baru mereka katakan, bahwa pangan
tersebut sudah rusak dan tidak akan mereka konsumsi lagi. Teknologi yang
menggunakan khamir misalnya, merupakan aplikasi sains tertua yang dapat
ditelusur dan telah ditemukan kurang lebih 6000 tahun lalu di Mesir.
B.
Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami
morfologi kapang dan khamir secara makroskopik, mikroskopik langsung dan
mikroskopik tidak langsung
C.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengamati morfologi
kapang dan khamir secara makroskopik, mikroskopik langsung dan mikroskopik
tidak langsung
D.
Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah mengamati morfologi kapang dan
khamir yang tumbuh pada sampel roti yang berjamur secara makroskopik dan
mikroskopik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Teori Umum
Mikroorganisme memiliki
fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai
kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang
tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula.
Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan
enzim-enzim yang telah dihasilkan. Peran mikroorganisme sangat luas yang
mencakup di berbagai bidang yang meliputi : bidang pangan, kesehatan, industri,
ekologi, teknik rekayasa genetika, dan lain-lain. Peran tersebut ada yang
merugikan dan ada pula yang menguntungkan (Nurtjahyani, 2011).
Khamir adalah
bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel
yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil
tidak sebesar bakteri yang terbesar.khamir sangat beragam ukurannya,berkisar
antara 1-5 μm lebarnya dan panjangnya dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk
telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies
mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi
yang luas dalam hal ukuran dan bentuk.Sel-sel individu, tergantung kepada umur
dan lingkungannya. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak
lainnya (Coyne, 1999).
Kapang memiliki
tubuh atau talus terdiri dari 2 bagian yaitu miselium dan spora (sel resisten,
istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan
hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang
biasanya berdiameter 1 μm. Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma (Syamsuri,
2004).
Eksplorasi untuk mengungkap keanekaragaman
hayati mikoflora kapang tidak lepas dari
cara mengisolasi kapang dari substrat
alaminya. Karena tiap jenis kapang memiliki relung habitat, sifat-sifat, ciri
dan karakter yang berbeda, maka kapang
membutuhkan cara dan metode
pengisolasian yang berbeda pula. Secara umum isolasi kapang dari habitat alaminya dapat dilakukan
melalui dua pendekatan, yaitu metode
isolasi langsung dan tidak langsung.
Metode isolasi yang digunakan akan
sangat menentukan jenis kapang yang akan diperoleh. Kapang yang berhasil
diisolasi dari substrat alaminya lebih
lanjut membutuhkan serangkaian penanganan, pemeliharaan, dan penyimpanan untuk
ditelaah lebih lanjut aktifitas maupun potensinya (Ilyas, 2007).
Sumber
mikroorganisme dalam pembuatan probiotik dapat berasal dari khamir (yeast),
jamur, kapang dan kombinasi dari mikroorganisme tersebut. Ilerdasarkan
penggundan mikroorganismenya dikenal ada tiga Jenis probiotik dalam industri
makanan ternak yaitu kultur khamir (yeast culture), kultur bakteri (bacterial
culture) dan substansi yang merangsang pertumbuhan bakteri probiotik atau
bacterial stimulant (Rochana, 2007).
B. Uraian Bahan
1. Agar
(Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : 74)
Nama resmi : Agar
Nama lain : Agar-agar
Pemerian : Berkas potongan memanjang, tipis seperti
selaput dan berlekatan, atau berbentuk keping, serpih atau butiran; jingga
lemah kekuningan, abu-abu kekuningan sampai kuning pucat atau tidak berwarna;
tidak berbau atau berbau lemah; rasa berlendir; jika lembab liat; jika kering
rapuh
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan larut
dalam air mendidih.
Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2. Aquades
(Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : 96)
Nama resmi : Aqua Destillata
Sinonim : Aquadest / Air Suling
RM / BM : H2O / 18,02
Rumus struktur : H – O - H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna. Tidak berasa,
tidak berbau.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut
3. Dekstrosa
(Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : )
Nama resmi : Dextrosum
Sinonim : Dekstrosa
RM / BM : C6H12O6.H2O
/ 180,16
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau
serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai komponen pembuat medium PDA
4. Ekstrak
Beef (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : )
Nama resmi : Beef Extract
Nama lain : Kaldu nabati, kaldu hewani, ekstrak beef
Pemerian : Berbau dan berasa pada lidah. Kaldu daging
sapi konsentrat diperoleh dengan mengekstraksi daging sapi segar tanpa lemak,
dengn cara merebus dalam air dan menguapkan kaldu pada suhu rendah dalam hampa
udara sampai terbentuk residu kental berbentuk pasta. Massa berbentuk pasta,
berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua, baud an rasa seperti daging,
sedikit asam.
Kelarutan : Larut dalam air dingin.
Kegunaan : Sumber protein untuk pertumbuhan
mikroorganisme
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat, tidak
tembus cahaya.
5. Ekstrak
Yeast (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : 671)
Nama resmi : Ekstrak ragi
Sinonim : Sari ragi
Pemerian : Kuning kemerahan sampai coklat, bau khas
tidak busuk
Kelarutan : Larut dalam air, membentuk larutan kuning
sampai coklat, bereaksi asam lemah, tidak mengandung karbohidrat
Penyimpanan : Dalam wadah tertrutup baik
6. Pepton
(Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : 721)
Nama resmi : Pepton
Pemerian : Serbuk, kuning kemerahan sampai coklat, bau
khas, tapi tidak busuk.
Kelarutan : Larut dalam air; memberikan larutan berwarna
coklat kekuningan yang bereaksi agak asam; praktis tidak larutan dalam etanol
(95%) P dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai
komponen pembuat medium PDA
7.
Etanol (Ditjen POM, 1979, Hal. 65)
Nama resmi :
Aethanolum
Sinonim :
Alkohol
RM / BM :
C2H6O/46,07
Pemerian :
Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa
panas. Mudahterbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Kegunaan :
Sebagai antipiretik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
8. Gliserol (Ditjen POM Edisi IV, 1995 :
Hal 413).
Nama
resmi : Gliserin
Sinonim : Glycerolum
RM / BM : CH2OH.CHOH.CH2OH
/ 92,09
Pemerian
: Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna;
rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik;
netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan
etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah dan dalam
minyak menguap
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
9. Methylene Blue (Ditjen POM Edisi IV,
1995 : 554).
Nama resmi : Biru metilen
Sinonim : Methylene Blue
RM / BM : C16H18CIN3S
/ 319,85
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur hijau tua,
berkilauan seperti perunggu, tidak berbau atau praktis tidak berbau. Stabil di
udara; larutan dalam air dan dalam etanol berwarna biru tua
Kelarutan : Larut
dalam air dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
10. Asam
Tartrat
(Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 53).
Nama resmi : Asam tartrat
Sinonim : Acidum tartaricum
RM / BM : C4H6O6
/ 150,09
Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau bening atau
serbuk hablur halus sampai granul, warna putih; tidak berbau; rasa asam dan
stabil di udara
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
dalam etanol
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
C. Uraian Mikroba
1. Candida sp.
(Dwidjoseputro, 2003).
a. Klasifikasi
Divisi :
Ascomycota
Kelas :
Saccharomycetes
Bangsa :
Saccharomycetales
Suku :
Saccharomycetaceae
Marga :
Candida
Spesies : Candida sp.
b. Morfologi
Candida sp. merupakan
khamir lonjong yang berkembang biak dengan
bertunas yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam
jaringan dan eksudat. Khamir ini merupakan flora normal selaput mukosa saluran
pernafasan, mulut, saluran pencernaan dan genitalia wanita. Candida sp. merupakan
fungi oportunis yang dapat menginfeksi mulut, vagina atau kulit.
D. Uraian
Sampel
1) Roti Fres House
Roti fres house mempunyai komposis yaitu tepung terigu, margarine,
gula, telur, perasa makanan dan coklat bubuk.
2)
Roti Boy
Roti boy mempunyai komposisi yaitu tepung, gula,
telur, mentega, margarin, dan perasa kopi.
3)
Roti Mokko
Roti mokko mempunyai komposisi yaitu tepung terigu, gula, telur,
mentega, perasa makanan, pengaroma, vanili dan margarine.
4)
Roti Singapore
Roti sigapore mempunyai komposis yaitu tepung terigu, margarine, gula,
telur, coklat, perasa makanan dan coklat bubuk.
5)
Roti Kantin
Roti fres house mempunyai komposis yaitu tepung terigu, margarine,
gula, telur, vanilla, penrasa makanan dan pewarna makanan.
BAB
III
METODE KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
a. Autoklaf
b. Batang pengaduk
c. Botol semprot
d. Bunsen
e. Cawan petri
f. Deck gelas
g. Enkas
h. Jarum inokulasi
i. Jarum preparat
j. Kaca objek
k. Labu Erlenmeyer
l. Lap halus
m. Mikroskop
n. Ose bulat
o. Ose lurus
p. Oven
q. Pinset
r. Pipet tetes
s. Spoit 10 ml
t. Tabung reaksi
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
a. Aluminium foil
b. Asam tartrat
c. Gliserin 10%
d. Biakan Jamur Candida
sp.
e. Biakan Jamur roti
f. Kapas
g. Kertas
h. Metilen blue
i. PDA (potatoes
dextrose agar)
j. Tissue
B. CARA KERJA
1. Pembuatan Bahan Praktikum
a. Disiapkan semua
alat yang digunakan
b. Dibuat 5 cawan
petri dengan susunan batang v, objek gelas, dek gelas dan kertas saring pada
wadah cawan petri, dan 10 cawan petri kosong.
c. Dibungkus cawan
petri dengan kertas
d. Dimasukkan ke
dalam oven untuk disterilkan
2. Pembuatan Medium
a. Ditimbang hasil
perhitungan yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Yaitu untuk potato dekstrosa agar (PDA) dengan bahan kentang, dekstrosa dan
agar.
b. Kemudian
dicukupkan dengan aquadest sebanyak 1000 ml.
c. Disterilkan
dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C.
d. Dimasukkan
medium steril ke dalam cawan petri steril secukupnya, dibiarkan memadat dan
diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu ruangan.
3. Mengamati Morfologi Koloni Bakteri
a. Secara
mikroskopik.
Metode Gores
a) Medium PDA
ditambahkan asam tatrat.
b) Didiamkan
sampai memadat pada cawan petri.
c) Diambil
secukupnya biakan jamur menggunakan ose dengan metode gores.
d) Digoreskan pada
permukaan campuran medium PDA dan asam tatrat yang telah dibuat.
e) Diinkubasi
selama 3-5 x 24 jam pada suhu kamar.
f) Diamati dan
digabar bentuk permukaan, warna koloni, bau khas, radial furrow, zonation, exudates drops dan revers of coloni.
g) Digambar hasil
pengamatan.
b. Mikroskopis
secara langsung
a) Diambil biakan
jamur 1 ose pada sampel roti.
b) Diletakkan
secara perlahan-lahan pada kaca objek.
c) Diberikan 1
tetes metilen blue.
d) Ditutup dengan
menggunakan dek gelas.
e) Diamati pada
mikroskop berupa miselium, konidia, konidiofor, spora, kolomela, metula,
fialid, vesikel dan rhizoid dimulai dengan pembesaran terkecil.
f) Digambar hasil
pengamatan.
c. Mikroskopis
secara tidak langsung (slide culture)
a) Dibuat susunan
batang V, objek gelas, dek gelas dan kertas saring pada
wadah cawan petri.
b) Disterilkan.
c) Diambil biakan
jamur 1 ose pada sampel roti.
d) Diletakkan
perlahan pada objek gelas,
e) Ditambahkan 1
tetes campuran medium PDA dan asam tatrat pada preparat.
f) Preparat
ditutup dengan dek gelas.
g) Diteteskan
gliserol 10% pada kertas saring.
h) Cawan petri
ditutup.
i) Diinkubasi
selama 3-5 x 24 jam pada suhu kamar.
j) Diamati pada
mikroskop.
k) Digambar hasil
pengamatan.
BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
A. Gambar Pengamatan
1.
Tabel pengamatan Mikroskopik Secara Langsung
No.
|
Nama sampel
|
Keterangan
|
||||||
1.
|
Roti Mokko
|
1.
Spora
2. Hifa
|
||||||
2.
|
Roti Dhiba
|
1. Spora
3. Hifa
|
||||||
3.
|
Roti Singapure
|
1.
Spora
2.
Hifa
|
||||||
4.
|
Roti Fresh house
|
1.
Spora
2. Hifa
|
||||||
5.
|
Roti Warung
|
1.
Hifa
2. Spora
|
b. Tabel pengamatan Mikroskopik Secara tidak
langsung (batang V)
No.
|
Nama sampel
|
Keterangan
|
||||||||||||||||
1.
|
Roti Mokko
|
1.Hifa
2.Spora
|
||||||||||||||||
2.
|
Roti Dhiba
|
1.
Hifa
2. Spora
|
||||||||||||||||
3.
|
Roti Singapure
|
1.
Hifa
2. Spora
3. Miselium
4. Konidiospora
5. Konidia
6.
Kolumela
|
||||||||||||||||
4.
|
Roti Fresh House
|
1. Hifa
2. Spora
|
||||||||||||||||
5.
|
Roti Warung
|
1. Hifa
2. Spora
|
2. Tabel Pengamatan
a. Tabel
pengamatan morfologi kapang dan khamir
No.
|
Nama sampel
|
Perubahan
warna
|
Bentuk
permukaan
|
Radial furrow
|
Excudat
drop
|
Bau
khas
|
1.
|
Roti mokko
|
Abu-abu
|
Kapas
|
Ada
|
Tidak ada
|
Tengik
|
2.
|
Roti Dhiba
|
Abu-abu
|
Kapas
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tengik
|
3.
|
Roti
Singapure
|
Biru hitam
|
Kapas
|
Ada
|
Ada
|
Tengik
|
4.
|
Roti Fresh
House
|
Hijau
|
Kapas
|
Tidak ada
|
Ada
|
Tengik
|
5.
|
Roti Warung
|
Hitam
|
Kapas
|
Tidak ada
|
Ada
|
Tengik
|
B. Pembahasan
Kapang merupakan
anggota regnum Fungi
("Kerajaan" Jamur) yang biasanya tumbuh pada permukaan makanan yang
sudah basi atau terlalu lama tidak diolah. Sebagian besar kapang merupakan
anggota dari kelas Ascomycetes. Sedangkan Khamir adalah fungi
ekasel (uniselular) yang beberapa jenis spesiesnya umum
digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan
dalam Basidiomycota. Sifat dari fungi antara lain
mempunyai inti sel, memproduksi spora dan tidak mempunyai klorofil sehingga
tidak melakukan fotosintesiss serta dinding selnya tersusun atas selulosa atau
kitin atau keduanya.
Fungi terdiri atas 2
golongan yaitu kapang dan khamir, Berikut ini perbedaan antara kapang dan
khamir yaitu:
-
kapang
ini bersifat filamen sedangkan khamir tidak mempunyai filamen
-
Kapang
multiseluler atau bersel ganda sedangkan khamir biasanya uniseluler
atau bersel tunggal.
Kapang dan khamir merupakan bagian dari fungi. Persamaan kapang dan khamir
yaitu sama-sama mampu menghasilkan suatu enzim tertentu, yang mampu merubah
substrat menjadi produk tertentu, ukurannya dalam mikron (sangat kecil), dan
mempunyai dinding sel.
Perbedaan utama dari
keduanya adalah khamir merupakan sel tunggal (Uniseluler) sedangkan kapang
bersel ganda (Multiseluler). Perbedaan lainnya yaitu kapang mempunyai filamen
yang berbentuk benang dan merupakan suatu bentuk pertumbuhan, apabila organisme
tersebut merupakan saprofit dalam tanah atau dalam medium lainnya.
Kapang membentuk
miselium dan berbagai bentuk spora, kelompok kapang sering dipilih
berdasarkan spora aseksualnya, bentuk filamen dari kapang adalah panjang yang
disebut sebagai hifa, hifa mempunyai dua struktur yaitu berspekta dan tidak
berspekta sedangkan khamir tidak mempunyai filamen dan merupakan suatu
bentuk pertumbuhan apabila organisme tersebut hidup sebagai parasit atau
patogen dalam jaringan, dan bereproduksi melalui pertunasan atau pembelahan
sel, bentuk koloni mirip dengan bakteri.
Percobaan ini, akan
diamati morfologi jamur yang tumbuh pada sampel makanan yaitu roti dengan
bermacam jenis seperti roti Dhiba, roti warung, roti Singapure, roti Fresh house
dan roti Mokko. Dilakukan percobaan
ini, untuk mengetahui morfologi jamur dengan menggunakan berbagai metode, yaitu
metode mikroskopik dan metode makroskopik.
Metode makroskopik
pada percobaan ini digunakan metode gores. Metode ini menggunakan medium PDA (potatoes
dekstrose agar) yang ditambahkan dengan asam tartrat di dalam cawan petri
yang telah disterilisasi. Kemudian, diambil secukupnya biakan jamur Candida sp. menggunakan ose dan
digoreskan pada permukaan campuran medium PDA dan asam tatrat yang telah
dibuat. Asam tartrat berfungsi dalam mebantu pertumbuhan jamur. Setelah itu,
medium diinkubasi selama 3 hingga 5 x 24 jam pada suhu kamar. Diamati dan
digabar bentuk permukaan, warna koloni, bau khas, radial furrow, zonation,
exudates drops dan revers of coloni. Dari hasil pengamatan dapat dilihat adanya
pertumbuhan koloni berwarna putih dan bentuk permukaan datar.
Metode mikroskopik,
digunakan metode mikroskopik langsung dan tidak langsung. Pada metode langsung,
jamur dari roti mokko diamati di bawah mikroskop tanpa diinkubasi terlebih
dahulu. Metode ini dilakukan dengan mengambil biakan jamur
menggunakan ose pada sampel roti. Kemudian diletakkan secara perlahan-lahan
pada kaca objek dan diberikan 1 tetes metilen blue. Metilen blue menurut
Farmakope Indonesia digunakan sebagai antimethemoglobinemi. Pada percobaan ini,
metilen blue digunakan sebagai pewarna sel agar morfologi jamur dapat terlihat
jelas. Kemudian, ditutup dengan menggunakan dek gelas. Sampel ini kemudian
diamati pada mikroskop dengan perbesaran lemah yaitu 4 x 10. Dari hasil
pengamatan ini, dapat terlihat adanya berupa konidia, spora, kolumela, rizoid
dan hifa.
Metode mikroskopik
tidak langsung, jamur dari roti mokko diinkubasi terlebih dahulu di dalam enkas
selama 3 x 24 jam. Sampel jamur yang tumbuh pada
roti diambil sedikit kemudian diletakkan pada gelas objek yang telah
disterilkan bersama dengan cawan petri sebagai wadahnya. Cawan petri yang
digunakan telah disterilisasi sebelumnya di dalam oven. Kemudian, di atas gelas
objek tersebut diteteskan larutan PDA (potatoes
dekstrose agar) dan ditutup dengan deck gelas. PDA merupakan media semi
sintetis yang biasa digunakan sebagai media pertumbuhan jamur. Setelah itu
disimpan di dalam enkas selama 3 – 5 kali 24 jam. Sampel ini kemudian diamati
pada mikroskop dengan perbesaran lemah yaitu 4 x 10. Dari hasil pengamatan ini,
dapat terlihat adanya miselium, konidia, spora, kolumela, rizoid dan hifa.
Percobaan ini digunakan larutan kimia, yaitu asam tatrat 1% digunakan
untuk memberikan suasana asam, karena fungi mudah tumbuh pada suasana asam. Tambahan
gliserol pada kertas saring yaitu untuk memberika kelembapan pada cawan petri dimana
fungi ditumbuhkan. Penggunaan kertas saring agar gliserol yang diberikan dapat
tersimpan pada kertas saring , karena kertas saring dapat menyerap gliserol
sehingga kelembapan tetap terjaga. Digunakan batang V bertujuan agar dek dan
objek gelas tidak berhubungan langsung dengan kertas saring yang telah ditetesi
gliserol agar fungi dapat tumbuh lebih baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa jamur roti mokko memiliki morfologi seperti spora dan hifa.
B. Saran
1. Sebaiknya para asisten mendampingi praktikan agar diberi penjelasan
mengenai bentuk-bentuk atau bagian-bagian kapang atau khamir ketika diamati di
mikroskop.
2. Sebaiknya laboratorium menyiapkan mikroskop
yang banyak agar semua praktikan bisa melihat sampel yang diuji tanpa
berganti-gantian dengan teman-teman yang lain.
3. Sebaiknya praktikan tidak ribut pada saat
praktikum sedang berlangsung agar pada saat ujian praktikum semua praktikan
mengetahui semua prosedur kerja tiap percobaan yang dipraktekkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology:
An Exploratory Approach. USA : Delmar Publisher.
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia
edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia
edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ilyas, M. 2007. Isolasi Dan Identifikasi Mikoflora Kapang
Pada Sampel Serasah Daun Tumbuhan Di Kawasan Gunung Lawu, Surakarta, Jawa
Tengah. Biodivesitas. Vol. 8,
No. 2.
Nurtjahyani, 2011. Peran
Mikroorganisme Dalam Perkembangan Mikrobiologi Pangan. Prospektus.
Vol. Ix No. 1.
Rochana, A. 2007. Meningkatkan
Kualitas Pakan Melalui Pemanfaatan Probiotik. Jurnal Ilmiah Santina. Vol.4
No. 1.
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi.
Jakarta : Erlangga.
0 comments:
Post a Comment