Thursday, April 13, 2017

Makalah Farmakologi Dasar (Anastetik Umum)



KATA PENGANTAR


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah Farmakologi Dasar yang mengkaji Anastetik Umum dapat terselesaikan dengan baik sebagai salah satu acuan untuk mahasiswa dalam proses perkuliahan.
Dalam makalah ini penulis tidak menutup mata akan segala kekurangannya baik bahasanya maupun susunannya, hal ini tidak lain karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Sekalipun demikian mudah-mudahan karya ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Untuk selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis mohon saran-saran yang sifatnya konstruktif bagi siapapun yang membacanya. Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat dan dapat bernilai Ibadah di sisi Allah SWT. Amin.                                       
Kendari, 23 Maret 2013

 Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN


Istilah anastesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Asal kata Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani An- “tidak, tanpa” dan aesthetos, “persepsi, kemampuan untuk merasa”), secara berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.  Obat yang digunakan dalam menimbulkan anesthesia disebut sebagai anestetik dan kelompok ini dibedakan dalam anestetik umum dan anestetik lokal. Bergantung pada dalamnya pembiusan, anestetik umum dapat memberikan efek analgesia yaitu hilangnya kesadaran, sedangkan anastetik lokal hanya menimbulkan efek analgesia. Anestesi umum bekerja disusunan saraf pusat, sedangkan anastetik lokal bekerja langsung pada serabut saraf di perifer.
Anestesi umum (General Anestesia) disebut pula dengan nama Narkose Umum (NU). Anastesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversibel. Anestesi umum yang sempurna menghasilkan ketidaksadaran, analgesia, relaksasi otot tanpa menimbulkan resiko yang tidak di inginkan dari pasien.
Hipnosis didapat dari sedatif, anestesi inhalasi (halotan, enfluran, isofluran, sevofluran). Analgesia di dapat dari N2O, analgetika narkotik, NSAID tertentu. Obat-obat tertentu misalnya thiopental hanya menyebabkan tidur tanpa relaksasi atau analgesia, sehingga hanya baik untuk induksi. Hanya eter yang memiliki trias anastesia.Karena anastesi modern saat ini menggunakan obat-obat selain eter, maka trias anastesi di peroleh dengan menggabungkan berbagai macam obat. Eter menyebabkan tidur, analgesia dan relaksasi, tetapi karena baunya tajam dan kelarutannya dalam darah tinggi sehingga agak mengganggu dan lambat (meskipun aman) untuk induksi. Sedangkan relaksasi otot didapatkan dari obat pelemas otot (muscle relaxant). Relaksasi otot diperlukan untuk mengurangi tegangnya tonus otot sehingga akan mempermudah tindakan pembedahan. Obat-obat opium seperti morfin dan petidin akan menyebabkan analdesia dengan sedikit perubahan pada tonus otot atau tingkat kesadaran. Kombinasi beberapa teknik dan obat dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan ini kombinasi ini harus dipilih yang paling sesuai untuk pasien. Tujuan anastesi umum adalah menjamin hidup pasien, yang memungkinkan operator melakukan tindakan bedah dengan leluasa dan meghilangkan rasa nyeri.

A.    LATAR BELAKANG

Anestesi adalah suatu tindakan menahan rasa sakit ketika meelakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Ada beberapa anestesi yang menyebabkan hilangnya kesadaran sedangkan jenis yang lain hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakaianya tetap sadar. Dan pembiusan lokal adalah suatu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tampa menyebabkan manusiakehilangan kesadaran. Obat bius ini bila di gunakan dalam oprasi tidak membuat lama waktu penyembuhkan oprasi.Anestesi hanya di lakukan oleh dokter spesialis anestesi.

B.     RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1)   Apa yang dimaksud dengan anastetik umum?
2)   Apa saja penggolongan, jenis dan mekanisme kerja anastetik umum?
3)   Apa saja sifat, manfaat dan efek samping obat anastetik umum?

C.    TUJUAN

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1)   Untuk mengetahui tentang anastetik umum.
2)   Untuk mengenal dan mengetahui penggolongan anatetik umum.
3)   Untuk menegathui efek samping obat anastetik umum.

BAB II
PEMBAHASAN


A. DEFENISI ANESTESIK UMUM

Anestesi (pembiusan; berasal dari Bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestasi umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit dan kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar (Ibrahim, 2000).
Anestesia umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversibel). Komponen anesthesia yang ideal terdiri:
1.      Hipnotik
2.      Analgesia
3.      Relaksasi otot
Keadaan anestesi berbeda dengan keadaan analgesia, yang didefinisikan sebagai tidak adanya nyeri. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh agen narkotika yang dapat menghilangkan nyeri sampai pasien sama sekali tidak sadar. Sebaliknya, barbiturate dan penenang tidak menghilangkan nyeri sampai pasien sama sekali tidak sadar.
Tanda-tanda dan tingkat anestesi. Anastesik mendepresi SSP secara perlahan, yang dapat dibagi menjadi 4 tahap:

1.   Tahap I atau analgesia
Tahap ini ditandai dengan berkurangya respon terhadap nyeri perasaan enak atau euforia dan hilangnya kesadaran (tidur).
2.   Tahap II atau delirium
Fase ini juga disebut excitement karena terjadi perangsangan simpatik. Yaitu terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan denyut jantung, pernafasan dan tonus otot. Dalam fase ini dapat terjadi aritmia jantung namun karena adanya depresi hipotalamus menyebabkan masuk pada fase III.
3.   Fase III
Dalam fase ini tindakan pembedahan dilangsungkan. Dalam tahap ini terjadi depresi SSP yang dalam terapi fungsi jantung dan pernafasan kembali normal disertai reflek spinal terhambat oleh otot skelet relaksasi.
4.   Fase IV
Fase IV atau paralisis medula, ini terjadi kalau over dosis, yaitu terjadi hambatan pusat jantung dan pernafasan di medula.

B.  PENGGOLONGAN ANASTESI
Anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya yaitu anastetik inhalasi dan intravena.
1.      Anastesik inhalasi
            Obat anastesik yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk membantu. pembedahan ialah N2O. Dalam dunia modern anastesik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik adalah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan sevofoluran. Agen ini dapat diberikan dan diserap secara terkontrol dan cepat karena diserap serta dikeluarkan melalui paru-paru.  Sebagian besar gas anestetik dikeluarkan lagi oleh paru-paru sebagian lagi dimetabolisme oleh hepar dengan sistem oksidasi sitokrom P450. Sisa metabolisme yang larut dalam air dikeluarkan melalui ginjal. Dalam dunia modern anastesik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik adalah sebagai berikut:
1.   N2O (gas gelak, nitrous oxide, dinitrogen monoxida)
N2O dikemas dalam bentuk cair, dalam silinder warna biru 9000 liter atau 1800 liter dengan tekanan 750 psi atau 50 atm. Pemberian anastesik dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas ini bersifat anastesik lemah, tetapi analgesiknya kuat sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri menjelang persalinan. Jarang digunakan sendiri tetapi dikombinasikan dengan salah satu cairan anestesik lain.
2.   Halotan
            Merupakan anestetik golongan hidrokarbon yang berhalogen. Halotan menjadi standar bagi anastesik lain yang kini banyak dipakai karena zat inilah semua itu dikembangkan. Halotan merupakan anastesik yang kuat dengan efek analgesik yang lemah. Induksi dan tahapan anastesia dilalui dengan mulus, dan pasien segera bangun setelah anestetik dihentikan. Halotan secara langsung menghambat otot jantung dan otot polos pembuluh darah serta menurunkan aktifitas saraf simpatik. Penurunan tekanan darah terjadi akibat 2 hal, yaitu (1) depresi langsung pada miokard dan (2) dihambatnya refleks baroresptor terhadap hipotensi. Eksresi halotan umumnya melalui paru, hanya 20% yang dimetabolisme dalam tubuh untuk kemudian dibuang melalui urin dalam bentuk asam trifluoro asetat, trifluoroetanol, dan bromida.
3.   Enfluran
              Enfluran adalah anestetik eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Enfluran menyebabkan fase induksi anestesia yang relatif lambat. Kadar yang tinggi menyebabkan depresi kardiovaskuler dan perangsangan SSP, untuk menghindari hal ini enfluran diberikan dalam kadar rendah bersama N2O. Enfluran menyebabkan relaksasi otot rangka lebih baik dari pada halotan, sehingga dosis obat pelumpuh otot nondepolarisasi harus diturunkan. Sebagian besar enfluran dieksresi dalam bentuk utuh melalui paru-paru, 2-10% dimetabolisme di hati menghasilkan ion fluor. Ion F- hasil metablosme enfluran ternyata tidak membahayakan ginjal sehingga masih dipandang aman untuk pasien yang fungsi ginjalnya menurun, kecuali pada pasien yang juga mendapat isoniazid. Eksresi F- meningkat pada urin basah. Enfluran bisa menyebabkan efek samping paska pemulihan berupa menggigil karena hipotermia, gelisah, delerium, mual, atau muntah.
4.   Isofluran
            Merupakan halogenasi eter yang pada dosis anestesik atau sub anestesik dapat menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi meniggikan aliran darah otak dan tekanan intrakranial, namun hal ini dapat dikurangi dengan teknik anestesia hiperventilasi, sehingga banyak digunakan untuk bedah otak.
5.   Sevofluran
            Merupakan anastesik inhalasi baru yang membrikan induksi dan pemulihan lebih cepat dari pendahulunya. Sayangnya, zat tidak stabil secara kimiawi bila terpajan absroben CO2, sevofluran akan terurai menghasilkan zat bersifat nefrotoksik. Metabolismenya di hatipun menghasilkan ion fluor yang juga merusak ginjal. Oleh karena itu kedudukan sebagai zat anestetik inhalasi belum jelas.
2.      Anestesik intravena
Pemakaian obat anestetik intravena, dilakukan untuk : induksi anestesia, induksi dan pemeliharaan anestesia bedah singkat, suplementasi hypnosis pada anesthesia atau tambahan pada anelgesia regional dan sedasi pada beberapa tindakan medik atau untuk membentu prosedur diagnostik misalnya tiopental, ketamin dan propofol. Untuk anestesia intravena total biasanya menggunakan propofol. Anestesia intravena ideal membutuhkan kriteria yang sulit dicapai oleh hanya satu macam obat yaitu larut dalam air dan tidak iritasi terhadap jaringan, mula kerja cepat, lama kerja pendek, cepat menghasilkan efek hypnosis, mempunyai efek analgesia, disertai oleh amnesia pascaanestesia, dampak yang tidak baik mudah dihilangkan oleh obat antagonisnya, cepat dieliminasi oleh tubuh, tidak atau sedikit mendepresi fungsi respirasi dan kardiovaskuler, pengaruh farmakokinetik tidak tergantung pada disfungsi organ, tanpa efek samping (mual-muntah), menghasilkan pemulihan yang cepat. Untuk mencapai tujuan diatas, kita dapat menggunakan kombinasi beberapa obat atau cara anestesi lain. Kombinasi beberapa obat mungkin akan saling berpotensi atau efek salah satu obat dapat menutupi pengaruh obat yang lain.
Keuntungan anestesi intravena lebih dapat diterima pasien, tahap yang tidak sadar lebih cepat dan lebih menyenangkan bagi ahli anestesi. Oleh karena itu, agen intravena dapat digunakan sendiri untuk menimbulkan anestesi.
Kekurangan anestesi intravena paling menonjol yaitu terjadi induksi cepat dan depresi cerebrum yang jelas, seperti terlihat pada gangguan pernapasan yang mengharuskan digunakannya ventilasi dan ketidakstabilan  hemodinamik. Agen induksi intravena biasanya digunakan bersama dengan anestesi inhalasi lain untuk mendapatkan analgesia yang memadai dan dengan relaksan otot untuk mendapatkan operasi yang optimum.
1.   Barbiturat
            Barbiturat bekerja menghambat pusat pernafasan di medula oblongata. Tidal volume menurun dan kecepatan nafas meninggi dan kebutuhan oksigen badan berkurang, curah jantung sedikit menurun. Barbiturat berefek menghambat pusat pernafasan dimedula oblongata. Barbiturat tidak menimbulkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin. Contoh disini ialah penthotal atau sodium thiopenton ialah obat anestesi intravena yang bekerja cepat (short acting).
2.   Propofol
            Propofol menyebabkan penurunan resistensi vaskuler sistemik dan juga tekanan darah. Relaksasi otot polos disebabkan oleh inhibisi simpatik. Efek negatif inotropik disebabkan inhibisi uptake kalsium intraseluler. Tergantung dosis, propofol dapat menyebabkan depresi nafas dan apnoe sementara pada beberapa pasien setelah induksi IV. Metabolisme propofol tejadi di hati (lebih cepat dari pada eliminasi thiopental) tetapi klirens totalnya lebih besar dari aliran darah hati yang menunjukkan bahwa ada eliminasi ekstra hepatik. Sifat ini menguntungkan untuk pasien dengan gangguan metabolisme hati. Kelebihan propofol ialah bekerja lebih cepat dari pada thepental dan kurang menyebabkan mual-muntah pascabedah.
3.   Benzodiazepin
            Benzodiazepin yang digunakan sebagai anastetik ialah diazepam, lorazepam dan midazolam. Dengan dosis untuk induksi anastesia, kelompok obat ini menyebabkan tidur, mengurangi cemas, dan menimbulkan amnesia anterograd, tetapi tidak berefek analgesik. Benzodiazepin juga digunakan untuk medikasi praanastetik (sebagai neurolepanalgesia) dan untuk mengatasi konvulsi yang disebabkan oleh anastetik lokal.
4.   Opioid
            Opioid (morfin, petidin, fentanil dan sufentanil) untuk induksi diberikan dosis tinggi. Opioid tidak menggangu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien dengan kelainan jantung. Untuk anestesia opioid digunakan fentanil dosis induksi 20-50 mg/kg dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,3-1 mg/kg/menit. Pentanil, sulfentanil, alventanil dan remiventanil adalah opioid yang lebih banyak digunakan dibanding morfin karena menimbulkan analgesia anastesia yang lebih kuat dengan depresi nafas yang lebih ringan. Bila opioid diberikan dengan dosis lebih besar atau berulang selama pembedahan, sedasi dan depresi nafas dapat berlangsung lebih lama, ini dapat diatasi dengan nalokson.

C. MEKANISME KERJA ANESTESI
    Mencegah timbulnya konduksi impuls saraf
    Meningkatkan ambang membran, eksitabilitas berkurang dan kelancaran hantaran terhambat.
    Meningkatkan tegangan permukaan selaput lipid molekuler.



             Resistensi Bius
           Ketika dilakukan anestesi, terkadang dapat terjadi seseorang tak mendapatkan efek bius seperti yang diharapkan. Atau, yang kerap disebut resisten terhadap obat bius. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan seseorang resisten terhadap obat bius di antaranya:
1.  Pecandu alcohol
2.  Pengguna obat psikotropika seperti morfin, ekstasi dan lainnya
3.  Pengguna obat anelgesik
    
       Agar Obat Bius Optimal & Aman
Untuk menghindari terjadinya efek samping dan resistensi terhadap obat bius, sebaiknya pasien benar-benar memastikan kondisi tubuhnya cukup baik untuk menerima anestesi. 
1.   Menghentikan penggunaan obat anelgetik, paling tidak 1-2 hari sebelum dilakukan prosedur anestesi.
2.   Menghentikan konsumsi obat-obatan yang berefek pada saraf pusat seperti morfin, barbiturat, amfetamin dan lainnya,
3.  Paling tidak 1-3 hari sebelum anestesi dilakukan.
4.  Berhenti mengonsumsi alkohol paling tidak 2 minggu sebelum penggunaan anestesi,
5.  Berhenti merokok setidaknya 2 minggu sebelum anestesi dilakukan.

D.  CARA PENGGUNAAN ANESTESI
Kebutuhan dan cara kerja anestesi beranekaragam. Anestesi juga memiliki cara penggunaan yang berbeda sesuai kebutuhannya. Tak hanya cara disuntikkan saja, tetapi juga dihirup melalui alat bantu nafas. Beberapa cara penggunaan anestesi ini di antaranya :
1. Melalui Pernafasan
Beberapa obat anestesi berupa gas seperti isoflurane dan nitrous oxide, dapat dimasukkan melalui pernafasan atau secara inhalasi. Gas-gas ini mempengaruhi kerja susunan saraf pusat di otak, otot jantung, serta paru-paru sehingga bersama-sama menciptakan kondisi tak sadar pada pasien.
Penggunaan bius jenis inhalasi ini lebih ditujukan untuk pasien operasi besar yang belum diketahui berapa lama tindakan operasi diperlukan. Sehingga, perlu dipastikan pasien tetap dalam kondisi tak sadar selama operasi dilakukan.
2. Injeksi Intravena
Sedangkan obat ketamine, thiopetal, opioids (fentanyl, sufentanil) dan propofol adalah obat-obatan yang biasanya dimasukkan ke aliran vena. Obat-obatan ini menimbulkan efek menghilangkan nyeri, mematikan rasa secara menyeluruh, dan membuat depresi pernafasan sehingga membuat pasien tak sadarkan diri. Masa bekerjanya cukup lama dan akan ditambahkan bila ternyata lamanya operasi perlu ditambah.
3.   Injeksi Pada Spinal/ Epidural
Obat-obatan jenis iodocaine dan bupivacaine yang sifatnya lokal dapat diinjeksikan dalam ruang spinal (rongga tulang belakang) maupun epidural untuk menghasilkan efek mati rasa pada paruh tubuh tertentu. Misalnya, dari pusat ke bawah.
Beda dari injeksi epidural dan spinal adalah pada teknik injeksi. Pada epidural,injeksi dapat dipertahankan dengan meninggalkan selang kecil untuk menambah obat anestesi jika diperlukan perpanjangan waktu tindakan. Sedang pada spinal membutuhkan jarum lebih panjang dan hanya bisa dilakukan dalam sekali injeksi untuk sekitar 2 jam ke depan.
4.   Injeksi Lokal
Iodocaine dan bupivacaine juga dapat di injeksi di bawah lapisan kulit untuk menghasilkan efek mati rasa di area lokal. Dengan cara kerja memblokade impuls saraf dan sensasi nyeri dari saraf tepi sehingga kulit akan terasa kebas dan mati rasa.

E. TANDA DAN STADIUM ANESTESI UMUM
Gambaran tradisional tanda dan stadium anestesi (tanda guedel) berasal terutama dari penilitian efek diatil eter, yang mempunyai mula kerja sentral yang lambat karena kelarutannya yang tinggi didalam darah. Stadium dan tanda ini mungkin tidak mudah terlihat pada pemakaian anestetik modern dan anestetik intravena yang bekerja cepat. Karenanya, pemakaian anestetik dipergunakan dalam bentuk kombinasi antara anestetik inhalasi dengan anestetik intravena. Banyak tanda-tanda anestetik ini menunjukkan pada efek obat anestetik  pernafasan, aktivitas refleks, dan tonus otot. Secara tradisional, efek anestetik dapat dibagi 4 stadium peningkatan dalamnya depresi susunan saraf pusat, yaitu :
      1.      Stadium analgesi
Pada stadium awal ini, penderita mengalami analgesi tampa disertaikehilangan kesadaran. Pada akhir stadium 1, baru didapatkan amnesia dananalgesi
2.      Stadium terangsang
            Pada stadium ini, penderita tampak delirium dan gelisah, tetapih kehilangan kesadaran. Volume dan kecepatan pernafasan tidak teratur, dapat terjadi mual. Inkontinensia urin dan defekasi sering terjadi. Karena itu, harus diusahakanuntuk membatasi lama dan berat stadium ini, yang ditandai dengankembalinya pernafasan secara teratur.
3.      Stadium operasi
Stadium ini ditandai dengan pernafasan yang teratur. Dan berlanjut sampai berhentinya pernafasan secara total. Ada empat tujuan pada stadium III digambarkan dengan perubahan pergerakkan mata, dan ukuran pupil, yangdalam keadaan tertentu dapat merupakan tanda peningktan dalamnya anestesi.
4.      Stadium depresi medula oblongata
            Bila pernafasan spontan berhenti, maka akan masuk kedalam stadium IV. Pada stadium ini akan terjadi depresi berat pusat pernafasan dimedula oblongata dan pusat vasomotor. Tampa bantuan respirator dan sirkulasi, penderita akan cepat meninggal.
            Pada praktek anestesi modern, perbedaan tanda pada masing-masingstadium sering tidak jelas. Hal ini karena mula kerja obat anestetik modern relatife lebih cepat dibandingkan dengan dietil eter disamping peratan penunjang yangdapat mengontrol ventilasi paru secara mekanis cukup tersedia. Selain itu, adanya obat yang diberikan sebelum dan selama operasi dapat juga berpengaruh pada tanda-tanda anestesi. Atropin, digunakan untuk mengurangi skresi, sekaligus mendilatasi pupil; obat-obatnya seperti tubokurarin suksinilkolin yang dapat mempengaruhi tonus otot; serta obat analgetik narkotik yang dapat menyebabkan efek depresan pada pernafasan.Tanda yang paling dapat diandalkan untuk mencapai stadium operasi adalah hilangnya refleks kelopak mata dan adanya pernapasan yang dalam dan teratur.
F. SIFAT ANESTESI
  Tidak mengiritasi / merusak jaringan saraf secara permanen
  Batas keamanan harus lebar
  Larut dalam air
  Stabil dalam larutan
  Dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan
  Indikasi & Keuntungan anastesi lokal
  Penderita dalam keadaan sadar serta kooperatif.
  Tekniknya relatif sederhana dan prosentase kegagalan dalam penggunaanya relatif kecil.
  Pada daerah yang diinjeksi tidak terdapat pembengkakan.
  Peralatan yang digunakan, sedikit sekali dan sederhana serta obat yang digunakan relatif murah.
  Dapat digunakan sesuai dengan yang dikehendaki pada daerah anatomi tertentu. Mula kerja harus sesingkat mungkin, Durasi kerja harus cukup lama.
G. TIPE ANESTESI
Beberapa tipe anestesi adalah :
  Pembiusan total — hilangnya kesadaran total
  Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).
  Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.

H.  MANFAAT ANESTESI
  Digunakan sebagai diagnostic, untuk menentukan sumber nyeri
  Digunakan sebagai terapi, local anestesi merupakan bagian dari terapi untuk kondisi operasi yang sangat nyeri, kemampuan dokter gigi dalam menghilangkan nyeri pada pasien meski bersifat sementara merupakan ukuran tercapainya tujuan terapi
  Digunakan untuk kepentingan perioperatif dan postoperasi. Proses operasi yang bebas nyeri sebagian besar menggunakan anestesi local, mempunyai metode yang aman dan efektif untuk semua pasien operasi dentoalveolar.
  Digunakan untuk kepentingan postoperasi. Setelah operasi dengan menggunakan anestesi umum atau lokal, efek anestesi yang berlanjut sangat penting untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien.

I.   KEUNTUNAN DAN KERUGIAN
     Keuntungan :
  Tidak diperlukan persiapan khusus pada pasien.
  Tidak membutuhkan alat dan tabung gas yang kompleks
  Tidak ada resiko obstruksi pernapasan. Durasi anestesi sedikitnya satu jam dan jika pasien setuju dapat diperpanjang sesuai kebutuhan operasi gigi minor atau adanya kesulitan dalam prosedur
  Pasien tetap sadar dan kooperatif dan tidak ada penanganan pasca anestesi
  Pasien-pasien dengan penyakit serius, misalnya penyakit jantung biasanya dapat mentolerir pemberian anestesi lokal tanpa adanya resiko yang tidak diinginkan.
Kerugian :
  Ini mungkin tidak bekerja dengan baik pada awal penggunaan
  Menimbulkan rasa gatal atau demam
  Pasien mungkin merasakan hanya mati rasa di bagian perut
J. EFEK SAMPING SAMPING OBAT ANASTESI UMUM
1.   Pada SSP
         Beberapa obat anastesi merangsang kelenjar pituitari yang dapat meningkatkan sekresi anti diuretik hormon (ADH). Hal ini menyebabkan retensi urin setelah pembedahan efek ini teutama terjadi pada lansia.
2.   Pada jantung
         Dapat merangsang timbulnya aritmia.
3.   Pada bronkus
         Anastesi yang diberikan secara inhalasi dapat menyebabkan iritasi pada mukosa saluran pernafasan dan kelenjar liur. Iritasi menyebabkan sekresi mukus meningkat, batuk dan kontraksi laring pada pasien yang tidak sadar.
4.   Pada GI
         Mual dan muntah adalah efek samping yang paling umum selain konstipasi setelah tindakan pembedahan.
5.   Pada Hati
         Halotan dan enfluran bersifat hepatotoksik, pemberian berulang dapat menyebabkan nekrosis hepar.

         Ada beberapa macam efek samping yang umum ditimbulkan pada penggunaan diantaranya :
  Penurunan tekanan darah.
  Sakit kepala (juga dikenal sebagai tulang punggung sakit kepala).
  Pada bayi,mungkin membuat penurunan tekanan darah.
  Sakit kepala juga sangat jarang, tetapi mungkin dapat terjadi.
  Reaksi terhadap obat-obatan yang berlebihan, sepert ruam.
  Pendarahan jika pembuluh darah yang secara tidak sengaja rusak.

K. CONTOH OBAT ANESTETIK UMUM
1. Obat-obat Anestesi Inhalasi
Obat yang tergolong obat Anestesi Inhalasi adalah: Halotan, enfluran, isofluran, sevofluran, desflurane, dan methoxyflurane merupakan cairan yang mudah menguap.
1. Halothane
- Bau dan rasa tidak menyengat.
-  Khasiat anestetisnya sangat kuat tetapi khasiat analgetisnya dan daya relaksasi ototnya ringan. Halotan digunakan dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan suatu relaksans oto, seperti galamin atau suksametonium.
-  Kelarutannya dalam darah relative rendah induksi lambat, mudah digunakan, tidak merangsang mukosa saluran napas.
-  Bersifat menekan refleks dari paring dan laring, melebarkan bronkioli danmengurangi sekresi ludah dan sekresi bronchi.
- Famakokinetik: sebagian dimetabolisasikan dalam hati bromide, klorida anorganik, dan trifluoacetik acid.
-  Efek samping: menekan pernapasan dan kegiatan jantung, hipotensi, jika penggunaan berulang, maka dapat menimbulkan kerusakan hati.
-  Dosis: tracheal 0,5-3 v%.
2.  Enfluran
     -   Anestesi inhalasi kuat yang digunakan pada berbagai jenis pembedahan, juga sebagai analgetikum pada persalinan. Memiliki daya relaksasi otot dananalgetis yang baik, melemaskan otot uterus, dan tidak begitu menekanSSP.
     -   Resorpsinya setelah inhalasi , cepat dengan waktu induksi 2-3 menit. Sebagian besar diekskresikan melalui  paru-paru dalam keadaan utuh, dansisanya diubah menjadi ion fluoride bebas.
     -   Efek samping: hipotensi, menekan pernapasan, aritmi, dan merangsang SSP. Pasca bedah dapat timbul hipotermi (menggigil), serta mual dan muntah, dapat meningkatkan perdarahan pada saat persalinan, SC, danabortus.
3. Isofluran (Forane)
     -  Bau tidak enak 
     -   Termasuk anestesi inhalasi kuat dengan sifat analgetis dan relaksasi otot baik.
     -   Efek samping: hipotensi, aritmi, menggigil, konstriksi bronkhi,meningkatnya jumlah leukosit. Pasca bedah dapat timbul mual, muntah,dan keadaan tegang
4.  Desfluran
     -   Dessfluran merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek klinisnya mirip isofluran. Desfluran sangat mudah menguap.
     -   Bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardia dan hipertensi.
     -   Merangsang jalan napas atas, sehingga tidak digunakan untuk induksianeste
5.  Sevofluran
     -   Merupakan halogenasi eter 
     -   Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan dengan isofluran
     -   Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas
     -   Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia. Efek terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporantoksik terhadap hepar 
2.    Obat-Obat Anastesi Intravena
Termasuk golongan ini adalah: barbiturate (thiopental, methothexital); benzodiazepine (midazolam, diazepam); opioid analgesic (morphine, fentanyl,sufentanil, alfentanil, remifentanil); propofol; ketamin, suatu senyawa arylcylohexylamine yang dapat menyebabkan keadaan anestesi disosiatif dan obat-obat lain ( droperianol, etomidate, dexmedetomidine).
1. Barbiturat
     - Blokade sistem stimulasi di formasi retikularis
     - Mengambat pernapasan di medula oblongata, menghambat kontraksi otot. jantung, tdk timbulkan sensitisasi jantung thd ketekolamin
     - Dosis : induksi = 2 mg/kgBB (i.v) dlm 60 dtk; maintenance = ½ dosisinduksi.
a. Na tiopental :
                        Induksi : dosis tgt BB, keadaan fisik dan penyakit
Dws : 2-4ml lar 2,5% scr intermitten tiap 30-60 dtk ada capaian.
                   b.  Ketamin
Sifat analgesik, anestetik, kataleptik dg kerja singkat. Analgesik kuat utk sistem somatik, lemah utk sistem viseralKetamin sering menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyerikepala, pasca anestesi dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur,dan mimpi buruk. Dosis 0.1 mg/kg intravena dan untuk mengurangisalivasi diberikan sulfas atropin 0.001 mg/kg.
            2. Fentanil dan droperidol
                 -  Analgesik & anestesi neuroleptik 
                 -  Kombinasi tetap. Aman diberikan pada penyakit yg alami hiperpireksia anestesi umum lain
                  - Fentanil : masa kerja pendek, mula keja cepat.
-     Droperidol : masa kerja lama& mula kerja lambat

 3.Propofol
- Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1 ml=10 mg).
- Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena.
- Dosis untuk anestesi intravena total 4- 12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk  perawatan intensif 0.2 mg/kg. Pada manula dosis harus dikurangi, pada anak <3 tahun dan pada wanita hamil tidak dianjurkan.
- Interaksi obat
                    Propofol di kombinasikan dngan opiate,N2O dengan propofol IV 1,5-2,5 mg akan menimbulkan induksi anastesia, tetapi dengan pemulihan cepat dan pasien akan merasa lebih baik,di nbanding pengunaan anastetik lain. Studi klinis menunjukkan bahwa injeksi propofol bila digunakan dalam kombinasi dengan hypocarbia meningkatkan serebrovaskular resistensi dan penurunan otak aliran darah, otak metabolik oksigen konsumsi, dan intrakranial tekanan. propofol injeksi Emulsion serebrovaskular tidak mempengaruhi perubahan reaktivitas karbon dioksida arteri ketegangan,dan efek profol terhadap pernapaan mirip dengan efek thiopental sesuda pemberian IV yakin terjadi depresi napas sampai apnoe asampai 30 detik, hal ini di perkuat bila di gunakan opioid sebagai medikasi pra-anastesik

4.   Diazepam
- Suatu benzodiazepine dengan kemampuan menghilangkan kegelisahan,efek relaksasi otot yang bekerja secara sentral, dan bila diberikan secara intravena bekerja sebagai antikejang. Respon obat bertahan selama 12-24 jam menjadi nyata dalam 30-90 mnt setelah pemberian secara oral dan 15 menit setelah injeksi intravena.
- Kontraindikasi: hipersensitif terhadap benzodiazepine, pemberian parenteral dikontra indikasikan pada pasien syok atau koma
 -Dosis : induksi = 0,1-0,5 mg/kgBB

5. Opioid
     Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan dosistinggi.
     - Opioid tidak mengganggu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien dengan kelainan jantung.
     - Untuk anestesi opioid digunakan fentanil dosis induksi 20-50 mg/kg, dilanjutkan dengan dosis rumatan 0.3-1 mg/kg/menit.
 
BAB III
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
Jadi “Anastesi” adalah untuk menyediakan, atau menghilangkan rasa sakit. Memblokir impuls saraf dari bagian bawah segmen tulang belakang yang mengakibatkan penurunan sensasi di bagian bawah tubuh.Obat epidural jatuh ke dalam kelas obat yang disebut bius lokal seperti bupivacaine, chloroprocaine, atau lidokain.. Mereka sering disampaikan dalam kombinasi dengan opioid atau narkotika, seperti fentanyl dan sufentanil, untuk mengurangi dosis yang diperlukan bius lokal.
Anestesi juga mempunyai beberapa cara penggunaannya yaitu :
1.      Melalui pernapasan
2.      Injeksi Intravena
3.      Injeksi pada spinal/epidural
4.      Injeksi Lokal

B.     SARAN
Dengan makalah ini diharapkan agar mahasiswa dapat memahami tentang Anestesi agar lebih mengetahui tujuan dan manfaat Anestesi.

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara, S., G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology). Alih Bahasa: Bagian Farmaakologi FKUI. Jakarta.

Latief, S.,A. 2010. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi II. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. Jakarta.

Morgan, GE. dan Mikhal MS. 1995. Clinical Anesthesiology Edisi IV. Appletion and Lange. Stanford.

Priyanto dan Batubara L. 2010. Farmakologi Dasar. Leskonfi. Depok.

Sabiston, DC. 1995. Buku Ajar Bedah BAgian 1, EGC. Jakarta.

Soerasdi, E. dkk. 2010. Buku Saku Obat Anesthesia Sehari-hari. Bandung.

Werth, M. 2010. Pokok Anestesi. EGC. Jakarta.


 

0 comments:

Post a Comment