BROMATOMETRI
A.
TUJUAN
Mahasiswa mampu
menetapkan kadar senyawa obat yang dapat bereaksi dengan adanya brom berlebihan
(titrasi tidak langsung).
B.
LANDASAN TEORI
Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses titrasi tidak langsung khususnya bromatometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya
tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.
Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi
harus distandarisasi terhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak
stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar
primer untuk larutan natrium tiosulfat (Underwood, 1986).
Titrasi adalah
suatu proses atau prosedur dalam analisis dimana suatu titran atau larutan
standar (yang telah diketahui konsentrasinya) diteteskan melalui buret ke
larutan lain yang dapat bereaksi dengannya (belum diketahui konsentrasinya)
hingga tercapai titik ekuivalen atau titik akhir. Zat yang akan ditentukan
kadarnya disebut sebagai titran sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai titer atau titran (Ika,
2009).
Asam
salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% C7H6O3.
Pemberian hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih, hampir
tidak berbau, rasa agak manis dan tajam. Suhu lebur antara 158,5o dan
161o. Sisa pemijaran tidak lebih dari 0,1 %. Penyimpanan dalam wadah
tertutup baik. Khasiat dan kegunaannya yaitu keratolitikum dan anti fungi (Dirjen POM, 1979).
Biasanya ketika
melakukan titrasi yang dimana untuk mengetahui reaksi terjadi secara sempurna
dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya adalah
senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya dengan
adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan titran
dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena sistem
kromofornya diubah oleh reaksi asam basa (Suirta, 2010).
Asam salisilat
merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai fungsidal dan bakteriostatis lemah.
Asam salisilat bekerja keratolis sehingga digunakan dalam sediaan obat luar
terhadap infeksi jamur yang ringan. Asam salisilat sukar larut dalam air
(Astuti, 2007).
Salisilat digunakan
sebagai analgetik, antipiretik, anti inflamasi, dan anti fungi. Mekanisme
kerjanya adalah menghambat sintesis prostaglandin dengan menghambat kerja enzim
siklo oksigenase pada pusat termolegulator dihipothalamus dan perifer (Darsono,
2002).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan
ini, yaitu :
·
Buret 50 ml
·
Statif
·
Klem
·
Corong
·
Gelas ukur
·
Gelas kimia
·
Erlenmeyer
·
Hot plate
·
Batang pengaduk
2. Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu :
·
Larutan KI
·
Asam salisilat
·
Larutan Na2S2O3
0,1 N
·
HCl pekat
·
Larutan KBr
·
Larutan kanji
D. PROSEDUR KERJA
·
Asam salisilat
Asam salisilat
Asam salisilat |
-
Ditimbang sebanyak 0,04 gram
-
Ditambah dengan 30 ml KBr
-
Ditambahkan 5 ml HCl pekat
-
Ditambahkan 5 ml KI
-
Ditambahkan 3 pipet larutan kanji
-
Dititrasi dengan Na2S2O3
-
Dilihat perubahan warna
-
Dicatat volume Na2S2O3
yang digunakan
Larutan
warna bening
(V=
1 ml)
·
Larutan Blanko
Larutan Blanko
Aquadest | |
-
Ditimbang sebanyak 0,04 gram
-
Ditambah dengan 30 ml KBr
-
Ditambahkan 5 ml HCl pekat
-
Ditambahkan 5 ml KI
-
Ditambahkan 3 pipet larutan kanji
-
Dititrasi dengan Na2S2O3
-
Dilihat perubahan warna
-
Dicatat volume Na2S2O3
yang digunakan
Larutan
warna bening
(V=
0,6 ml)
·
Bedak Salicyl
Bedak Salicyl
Bedak salicyl |
-
Ditimbang sebanyak 0,04 gram
-
Ditambah dengan 30 ml KBr
-
Ditambahkan 5 ml HCl pekat
-
Ditambahkan 5 ml KI
-
Ditambahkan 3 pipet larutan kanji
-
Dititrasi dengan Na2S2O3
-
Dilihat perubahan warna
-
Dicatat volume Na2S2O3
yang digunakan
Larutan
warna bening
(V=
0,7 ml)
E.
HASIL PENGAMATAN
1.
Tabel hasil pengamatan
Perlakuan
|
Hasil
|
V Na2S2O3
|
Asam salisilat murni 0,04 gram + 30 ml KBr
+5 ml HCl pekat + didiamkan 15 menit + 5 ml larutan KI + 3 tetes larutan
kanji + dititrasi dengan Na2S2O3
|
Larutan biru
keunguan menjadi bening
|
1 ml
|
Aquades 5 ml + 30 ml KBr + 5 ml HCl pekat +
didiamkan 15 menit +5 ml larutan KI + 3 tetes larutan kanji + dititrasi
dengan Na2S2O3
|
Larutan biru
keunguan menjadi bening
|
0,6 ml
|
Asam salisilat dalam sampel + 30 ml KBr
+dipanaskan sampai larut + didinginkan + 5 ml HCl pekat + didiamkan 15 menit
+ 5 ml larutan KI + 3 tetes larutan kanji + dititrasi dengan Na2S2O3
|
Larutan biru
keunguan menjadi bening
|
0,7 ml
|
F.
PEMBAHASAN
Bromometri
merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi oksidasi dari ion
bromat (BrO3). Metode bromometri biasanya digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa organik aromatis seperti fenol-fenol, asam salisilat, resorsinol, perakklorofenol, dan
lainnya yang membentuk tribrom subtitusi.
Kalium bromat merupakan salah
satu oksidator kuat karena memiliki oksidasi
potensiometri yang relatif tinggi, namun kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi. Oleh karena itu, untuk menaikkan
kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam
kuat. Hal tersebut dilakukan agar dengan adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan
akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat, dan bromin yang
dibebaskan akan merubah larutan menjadi warna kuning pucat, warna ini sangat
lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir. Bromatrometri atau Bromometri
merupakan salah satu gram ekivalen sama dengan 1/6 gram molekul.
Reaksi antara zat dan
bromine dalam lingkungan asam berjalan cepat maka titrasi dapat secara langsung
dilakukan. Namun bila lambat maka dapat dilakukan titrasi tidak langsung yaitu
larutan bromine ditambah berlebih. Bromin dapat diperoleh dari penambahan asam
kedalam larutan yang mengandung kalium bromat.
Pada
percobaan kali ini menggunakan bedak rodeca sebanyak 0,04 gram dan asam
salisilat sebanyak 0,04 gram. Kedua sampel tersebut dikerjakan sendiri-sendiri
atau secara terpisah. Penambahan asam klorida pekat bertujuan untuk memberikan
suasana asam agar bromin dapat terbebas. Ketika asam klorida pekat ditambahkan,
maka brom akan dibebaskan. Setelah dicampur, larutan tersebut kemudian ditutup.
Hal tersebut ditujukan agar penguapan brom dapat dihindarkan. Bromin yang dibebaskan tidak stabil, karena mempunyai
tekanan uap yang tinggi dan mudah menguap. Oleh sebab itulah bahan untuk
titrasi ini harus ditutup. Sementara
itu, penambahan kloroform bertujuan untuk melarutkan endapan yang terjadi.
Iodium yang terbentuk inilah yang selanjutnya akan dititrasi dengan baku
natrium tiosulfat. Selain itu, penambahan kalium
iodida bertujuan untuk mengubah brom menjadi iodium sesuai dengan reaksi:
Br2 + 2KI → I2
+ 2KBr
Dari
percobaan yang telah dilakukan setelah melakukan titrasi, maka dapat diperoleh
volume natrium tiosulfat yang digunakan hingga tercapainya titik akhir titrasi.
Pada sampel bedak salicyl, digunakan baku natrium tiosulfat sebanyak 1 ml,
sedangkan pada sampel asam salisilat, digunakan baku natrium tiosulfat sebanyak
0,7 ml. Titik akhir titrasi dapat diketahui dengan adanya perubahan warna
sebagai tanda berakhirnya titrasi, dan dalam praktikum yang dilakukan terjadi
perubahan warna dari ungu kebiruan menjadi bening. Perubahan warna ini dapat
terjadi dengan menambahkan indikator. Indikator yang biasa digunakan dalam
percobaan bromatometri atau dalam titrasi tidak langsung adalah indikator
kanji.
Percobaan
yang telah dilakukan ini merupakan salah satu jenis dari titrasi tidak langsung,
sebab larutan tidak dapat langsung dititrasi dengan natrium tiosulfat. Titrasi
dapat dilakukan dengan adanya brom berlebih. Adanya brom tidak langsung
dititrasi dengan natrium tiosulfat dikarenakan perbedaan potensialnya yang
sangat besar, akibatnya jika brom langsung dititrasi dengan natrium tiosulfat
maka yang dihasilkan tidak hanya tetraionat (S4O62-)
tetapi juga sulfat (SO42-) .
Dalam suasana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodida
menjadi iod, sementara dirinya direduksi menjadi brimida :

Tidak mudah mengikuti serah terima elektron dalam hal
ini, karena suatu reaksi asam basa (penetralan H+ menjadi H2O)
berimpit dengan tahap redoksnya. Namun nampak bahwa 6 ion iodida kehilangan 6
elektron, yang pada gilirannya diambil oleh sebuah ion bromat tunggal.
G.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa
kadar asam salisilat murni sebesar -230,2 % dan kadar asam salisilat dalam
sampel sebesar -57,55 %.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope
Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ika, Dani. 2009. Alat
Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C Dengan Metode Titrasi Asam Basa. Jurnal Neutrino. Vol 1 (2). Hal: 166-167.
Underwood. 1989. Analisa
Kuantitatif Edisi Keempat. Erlangga,
Jakarta.
0 comments:
Post a Comment