KATA PENGANTAR
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
makalah Farmakologi Dasar
yang mengkaji Anastetik Umum
dapat terselesaikan dengan baik sebagai salah satu acuan untuk mahasiswa dalam
proses perkuliahan.
Dalam makalah ini
penulis tidak menutup mata akan segala kekurangannya baik bahasanya maupun susunannya,
hal ini tidak lain karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki. Sekalipun demikian mudah-mudahan karya ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.
Untuk selanjutnya
dengan segala kerendahan hati penulis mohon saran-saran yang sifatnya
konstruktif bagi siapapun yang membacanya. Semoga makalah ini benar-benar
bermanfaat dan dapat bernilai Ibadah di sisi Allah SWT. Amin.
Kendari, 23 Maret 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah
anastesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Asal
kata Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani An- “tidak, tanpa” dan
aesthetos, “persepsi, kemampuan untuk merasa”), secara berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Obat yang digunakan dalam menimbulkan anesthesia disebut
sebagai anestetik dan kelompok ini dibedakan dalam anestetik umum dan anestetik
lokal. Bergantung pada dalamnya pembiusan, anestetik umum dapat memberikan efek
analgesia yaitu hilangnya kesadaran, sedangkan anastetik lokal hanya menimbulkan efek analgesia. Anestesi
umum bekerja disusunan saraf pusat, sedangkan anastetik lokal bekerja langsung
pada serabut saraf di perifer.
Anestesi
umum (General Anestesia) disebut pula dengan nama Narkose Umum (NU). Anastesi
umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat reversibel. Anestesi umum yang sempurna menghasilkan ketidaksadaran,
analgesia, relaksasi otot
tanpa menimbulkan resiko yang tidak di inginkan dari pasien.
Hipnosis
didapat dari sedatif, anestesi inhalasi (halotan, enfluran, isofluran,
sevofluran). Analgesia di dapat dari N2O, analgetika narkotik, NSAID
tertentu. Obat-obat tertentu misalnya thiopental hanya menyebabkan tidur tanpa
relaksasi atau analgesia, sehingga hanya baik untuk induksi. Hanya eter yang
memiliki trias anastesia.Karena anastesi modern saat ini menggunakan obat-obat
selain eter, maka trias anastesi di peroleh dengan menggabungkan berbagai macam
obat. Eter menyebabkan tidur, analgesia dan relaksasi, tetapi karena baunya
tajam dan kelarutannya dalam darah tinggi sehingga agak mengganggu dan lambat
(meskipun aman) untuk induksi. Sedangkan relaksasi otot didapatkan dari obat
pelemas otot (muscle relaxant). Relaksasi otot diperlukan untuk mengurangi
tegangnya tonus otot sehingga akan mempermudah tindakan pembedahan. Obat-obat
opium seperti morfin dan petidin akan menyebabkan analdesia dengan sedikit
perubahan pada tonus otot atau tingkat kesadaran. Kombinasi beberapa teknik dan obat dapat dipergunakan untuk
mencapai tujuan ini kombinasi ini harus dipilih yang paling sesuai untuk
pasien. Tujuan anastesi umum adalah menjamin hidup pasien, yang memungkinkan
operator melakukan tindakan bedah dengan leluasa dan meghilangkan rasa nyeri.
A. LATAR BELAKANG
Anestesi adalah suatu tindakan menahan rasa sakit ketika meelakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Ada beberapa anestesi yang menyebabkan hilangnya kesadaran sedangkan jenis yang lain hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakaianya tetap sadar. Dan pembiusan lokal adalah suatu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tampa menyebabkan manusiakehilangan kesadaran. Obat bius ini bila di gunakan dalam oprasi tidak membuat lama waktu penyembuhkan oprasi.Anestesi hanya di lakukan oleh dokter spesialis anestesi.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan
masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1)
Apa yang dimaksud dengan anastetik
umum?
2)
Apa saja penggolongan, jenis dan mekanisme kerja anastetik umum?
3)
Apa saja sifat, manfaat dan efek samping obat anastetik umum?
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1)
Untuk mengetahui tentang anastetik umum.
2)
Untuk mengenal dan mengetahui penggolongan anatetik umum.
3)
Untuk menegathui efek samping obat anastetik umum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI
ANESTESIK UMUM
Anestesi (pembiusan; berasal dari Bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi
digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Anestesi menurut arti kata adalah
hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestasi umum tidak hanya
menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada
operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit
dan kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal agar operasi dapat
berjalan dengan lancar (Ibrahim, 2000).
Anestesia umum adalah
tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan
bersifat pulih kembali (reversibel). Komponen anesthesia yang ideal terdiri:
1.
Hipnotik
2.
Analgesia
3.
Relaksasi
otot
Keadaan anestesi
berbeda dengan keadaan analgesia, yang didefinisikan sebagai tidak adanya
nyeri. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh agen narkotika yang dapat
menghilangkan nyeri sampai pasien sama sekali tidak sadar. Sebaliknya,
barbiturate dan penenang tidak menghilangkan nyeri sampai pasien sama sekali
tidak sadar.
Tanda-tanda dan tingkat
anestesi. Anastesik mendepresi SSP secara perlahan, yang dapat dibagi menjadi 4
tahap:
1. Tahap I atau analgesia
Tahap ini ditandai dengan berkurangya respon
terhadap nyeri perasaan enak atau euforia dan hilangnya kesadaran (tidur).
2. Tahap II atau delirium
Fase ini juga disebut excitement karena terjadi perangsangan simpatik. Yaitu terjadi
peningkatan tekanan darah, kecepatan denyut jantung, pernafasan dan tonus otot.
Dalam fase ini dapat terjadi aritmia jantung namun karena adanya depresi
hipotalamus menyebabkan masuk pada fase III.
3. Fase III
Dalam fase ini tindakan pembedahan
dilangsungkan. Dalam tahap ini terjadi depresi SSP yang dalam terapi fungsi
jantung dan pernafasan kembali normal disertai reflek spinal terhambat oleh
otot skelet relaksasi.
4. Fase IV
Fase IV atau paralisis medula, ini terjadi
kalau over dosis, yaitu terjadi hambatan pusat jantung dan pernafasan di
medula.
B.
PENGGOLONGAN ANASTESI
Anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya
yaitu anastetik inhalasi dan intravena.
1. Anastesik inhalasi
Obat anastesik yang pertama kali dikenal dan digunakan
untuk membantu. pembedahan ialah N2O. Dalam dunia modern anastesik
inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik adalah N2O,
halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan sevofoluran. Agen ini dapat
diberikan dan diserap secara terkontrol dan cepat karena diserap serta
dikeluarkan melalui paru-paru. Sebagian
besar gas anestetik dikeluarkan lagi oleh paru-paru sebagian lagi dimetabolisme
oleh hepar dengan sistem oksidasi sitokrom P450. Sisa metabolisme yang larut
dalam air dikeluarkan melalui ginjal. Dalam
dunia modern anastesik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik adalah sebagai berikut:
1. N2O (gas gelak, nitrous oxide,
dinitrogen monoxida)
N2O dikemas dalam bentuk cair,
dalam silinder warna biru 9000 liter atau 1800 liter dengan tekanan 750 psi
atau 50 atm. Pemberian anastesik dengan N2O harus disertai O2
minimal 25%. Gas ini bersifat anastesik lemah, tetapi analgesiknya kuat
sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri menjelang persalinan. Jarang
digunakan sendiri tetapi dikombinasikan dengan salah satu cairan anestesik
lain.
2. Halotan
Merupakan anestetik golongan hidrokarbon yang
berhalogen. Halotan menjadi standar bagi anastesik lain yang kini banyak
dipakai karena zat inilah semua itu dikembangkan. Halotan merupakan anastesik
yang kuat dengan efek analgesik yang lemah. Induksi dan tahapan anastesia
dilalui dengan mulus, dan pasien segera bangun setelah anestetik dihentikan.
Halotan secara langsung menghambat otot jantung dan otot polos pembuluh darah
serta menurunkan aktifitas saraf simpatik. Penurunan tekanan darah terjadi
akibat 2 hal, yaitu (1) depresi langsung pada miokard dan (2) dihambatnya
refleks baroresptor terhadap hipotensi. Eksresi halotan umumnya melalui paru,
hanya 20% yang dimetabolisme dalam tubuh untuk kemudian dibuang melalui urin
dalam bentuk asam trifluoro asetat, trifluoroetanol, dan bromida.
3. Enfluran
Enfluran
adalah anestetik eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Enfluran
menyebabkan fase induksi anestesia yang relatif lambat. Kadar yang tinggi
menyebabkan depresi kardiovaskuler dan perangsangan SSP, untuk menghindari hal
ini enfluran diberikan dalam kadar rendah bersama N2O. Enfluran
menyebabkan relaksasi otot rangka lebih baik dari pada halotan, sehingga dosis
obat pelumpuh otot nondepolarisasi harus diturunkan. Sebagian besar enfluran
dieksresi dalam bentuk utuh melalui paru-paru, 2-10% dimetabolisme di hati
menghasilkan ion fluor. Ion F- hasil metablosme enfluran ternyata
tidak membahayakan ginjal sehingga masih dipandang aman untuk pasien yang
fungsi ginjalnya menurun, kecuali pada pasien yang juga mendapat isoniazid.
Eksresi F- meningkat pada urin basah. Enfluran bisa menyebabkan efek
samping paska pemulihan berupa menggigil karena hipotermia, gelisah, delerium,
mual, atau muntah.
4. Isofluran
Merupakan halogenasi eter yang pada dosis anestesik
atau sub anestesik dapat menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen,
tetapi meniggikan aliran darah otak dan tekanan intrakranial, namun hal ini
dapat dikurangi dengan teknik anestesia hiperventilasi, sehingga banyak
digunakan untuk bedah otak.
5. Sevofluran
Merupakan anastesik inhalasi baru yang membrikan
induksi dan pemulihan lebih cepat dari pendahulunya. Sayangnya, zat tidak
stabil secara kimiawi bila terpajan absroben CO2, sevofluran akan
terurai menghasilkan zat bersifat nefrotoksik. Metabolismenya di hatipun
menghasilkan ion fluor yang juga merusak ginjal. Oleh karena itu kedudukan
sebagai zat anestetik inhalasi belum jelas.
2. Anestesik intravena
Pemakaian obat anestetik intravena, dilakukan
untuk : induksi anestesia, induksi dan pemeliharaan anestesia bedah singkat,
suplementasi hypnosis pada anesthesia atau tambahan pada anelgesia regional dan
sedasi pada beberapa tindakan medik atau untuk membentu prosedur diagnostik misalnya
tiopental, ketamin dan propofol. Untuk anestesia intravena total biasanya
menggunakan propofol. Anestesia intravena ideal membutuhkan kriteria yang sulit
dicapai oleh hanya satu macam obat yaitu larut dalam air dan tidak iritasi
terhadap jaringan, mula kerja cepat, lama kerja pendek, cepat menghasilkan efek
hypnosis, mempunyai efek analgesia, disertai oleh amnesia pascaanestesia,
dampak yang tidak baik mudah dihilangkan oleh obat antagonisnya, cepat
dieliminasi oleh tubuh, tidak atau sedikit mendepresi fungsi respirasi dan
kardiovaskuler, pengaruh farmakokinetik tidak tergantung pada disfungsi organ,
tanpa efek samping (mual-muntah), menghasilkan pemulihan yang cepat. Untuk
mencapai tujuan diatas, kita dapat menggunakan kombinasi beberapa obat atau cara
anestesi lain. Kombinasi beberapa obat mungkin akan saling berpotensi atau efek
salah satu obat dapat menutupi pengaruh obat yang lain.
Keuntungan anestesi intravena lebih dapat
diterima pasien, tahap yang tidak sadar lebih cepat dan lebih menyenangkan bagi
ahli anestesi. Oleh karena itu, agen intravena dapat digunakan sendiri untuk
menimbulkan anestesi.
Kekurangan anestesi intravena paling menonjol
yaitu terjadi induksi cepat dan depresi cerebrum yang jelas, seperti terlihat
pada gangguan pernapasan yang mengharuskan digunakannya ventilasi dan
ketidakstabilan hemodinamik. Agen
induksi intravena biasanya digunakan bersama dengan anestesi inhalasi lain
untuk mendapatkan analgesia yang memadai dan dengan relaksan otot untuk
mendapatkan operasi yang optimum.
1. Barbiturat
Barbiturat
bekerja menghambat pusat pernafasan di medula oblongata. Tidal volume menurun
dan kecepatan nafas meninggi dan kebutuhan oksigen badan berkurang, curah
jantung sedikit menurun. Barbiturat berefek menghambat pusat pernafasan dimedula
oblongata. Barbiturat tidak menimbulkan sensitisasi jantung terhadap
katekolamin. Contoh disini ialah penthotal atau sodium thiopenton ialah obat
anestesi intravena yang bekerja cepat (short acting).
2. Propofol
Propofol
menyebabkan penurunan resistensi vaskuler sistemik dan juga tekanan darah.
Relaksasi otot polos disebabkan oleh inhibisi simpatik. Efek negatif inotropik
disebabkan inhibisi uptake kalsium intraseluler. Tergantung dosis, propofol
dapat menyebabkan depresi nafas dan apnoe sementara pada beberapa pasien
setelah induksi IV. Metabolisme propofol tejadi di hati (lebih cepat dari pada
eliminasi thiopental) tetapi klirens totalnya lebih besar dari aliran darah
hati yang menunjukkan bahwa ada eliminasi ekstra hepatik. Sifat ini menguntungkan
untuk pasien dengan gangguan metabolisme hati. Kelebihan propofol ialah bekerja
lebih cepat dari pada thepental dan kurang menyebabkan mual-muntah pascabedah.
3. Benzodiazepin
Benzodiazepin
yang digunakan sebagai anastetik ialah diazepam, lorazepam dan midazolam.
Dengan dosis untuk induksi anastesia, kelompok obat ini menyebabkan tidur,
mengurangi cemas, dan menimbulkan amnesia anterograd, tetapi tidak berefek
analgesik. Benzodiazepin juga digunakan untuk medikasi praanastetik (sebagai
neurolepanalgesia) dan untuk mengatasi konvulsi yang disebabkan oleh anastetik
lokal.
4. Opioid
Opioid
(morfin, petidin, fentanil dan sufentanil) untuk induksi diberikan dosis
tinggi. Opioid tidak menggangu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk
induksi pasien dengan kelainan jantung. Untuk anestesia opioid digunakan
fentanil dosis induksi 20-50 mg/kg dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,3-1
mg/kg/menit. Pentanil, sulfentanil, alventanil dan remiventanil adalah opioid
yang lebih banyak digunakan dibanding morfin karena menimbulkan analgesia
anastesia yang lebih kuat dengan depresi nafas yang lebih ringan. Bila opioid
diberikan dengan dosis lebih besar atau berulang selama pembedahan, sedasi dan
depresi nafas dapat berlangsung lebih lama, ini dapat diatasi dengan nalokson.
C. MEKANISME KERJA ANESTESI
Mencegah timbulnya konduksi impuls
saraf
Meningkatkan ambang membran,
eksitabilitas berkurang dan kelancaran hantaran terhambat.
Meningkatkan tegangan permukaan
selaput lipid molekuler.
Resistensi Bius
Ketika dilakukan anestesi, terkadang
dapat terjadi seseorang tak mendapatkan efek bius seperti yang diharapkan.
Atau, yang kerap disebut resisten terhadap obat bius. Beberapa kondisi yang
bisa menyebabkan seseorang resisten terhadap obat bius di antaranya:
1. Pecandu alcohol
2. Pengguna obat psikotropika
seperti morfin, ekstasi dan lainnya
3. Pengguna obat anelgesik
Agar
Obat Bius Optimal & Aman
Untuk menghindari terjadinya efek samping dan resistensi
terhadap obat bius, sebaiknya pasien benar-benar memastikan kondisi tubuhnya
cukup baik untuk menerima anestesi.
1. Menghentikan
penggunaan obat anelgetik, paling tidak 1-2 hari sebelum dilakukan prosedur
anestesi.
2. Menghentikan konsumsi
obat-obatan yang berefek pada saraf pusat seperti morfin, barbiturat, amfetamin
dan lainnya,
3. Paling tidak 1-3 hari sebelum
anestesi dilakukan.
4. Berhenti mengonsumsi alkohol paling
tidak 2 minggu sebelum penggunaan anestesi,
5. Berhenti merokok setidaknya 2 minggu
sebelum anestesi dilakukan.
D. CARA PENGGUNAAN ANESTESI
Kebutuhan dan cara kerja anestesi
beranekaragam. Anestesi juga memiliki cara penggunaan yang berbeda sesuai
kebutuhannya. Tak hanya cara disuntikkan saja, tetapi juga dihirup melalui alat
bantu nafas. Beberapa cara penggunaan anestesi ini di antaranya :
1. Melalui Pernafasan
Beberapa obat anestesi berupa gas seperti isoflurane dan
nitrous oxide, dapat dimasukkan melalui pernafasan atau secara inhalasi.
Gas-gas ini mempengaruhi kerja susunan saraf pusat di otak, otot jantung, serta
paru-paru sehingga bersama-sama menciptakan kondisi tak sadar pada pasien.
Penggunaan bius jenis inhalasi ini lebih ditujukan untuk
pasien operasi besar yang belum diketahui berapa lama tindakan operasi
diperlukan. Sehingga, perlu dipastikan pasien tetap dalam kondisi tak sadar
selama operasi dilakukan.
2. Injeksi Intravena
Sedangkan obat ketamine, thiopetal, opioids (fentanyl,
sufentanil) dan propofol adalah obat-obatan yang biasanya dimasukkan ke aliran
vena. Obat-obatan ini menimbulkan efek menghilangkan nyeri, mematikan rasa
secara menyeluruh, dan membuat depresi pernafasan sehingga membuat pasien tak
sadarkan diri. Masa bekerjanya cukup lama dan akan ditambahkan bila ternyata
lamanya operasi perlu ditambah.
3.
Injeksi Pada Spinal/ Epidural
Obat-obatan jenis iodocaine dan
bupivacaine yang sifatnya lokal dapat diinjeksikan dalam ruang spinal (rongga
tulang belakang) maupun epidural untuk menghasilkan efek mati rasa pada paruh
tubuh tertentu. Misalnya, dari pusat ke bawah.
Beda dari injeksi epidural dan
spinal adalah pada teknik injeksi. Pada epidural,injeksi dapat dipertahankan
dengan meninggalkan selang kecil untuk menambah obat anestesi jika diperlukan
perpanjangan waktu tindakan. Sedang pada spinal membutuhkan jarum lebih panjang
dan hanya bisa dilakukan dalam sekali injeksi untuk sekitar 2 jam ke depan.
4.
Injeksi Lokal
Iodocaine dan bupivacaine juga dapat
di injeksi di bawah lapisan kulit untuk menghasilkan efek mati rasa di area
lokal. Dengan cara kerja memblokade impuls saraf dan sensasi nyeri dari saraf
tepi sehingga kulit akan terasa kebas dan mati rasa.
E. TANDA
DAN STADIUM ANESTESI UMUM
Gambaran tradisional tanda dan stadium
anestesi (tanda guedel) berasal
terutama
dari penilitian efek diatil eter, yang mempunyai mula kerja sentral yang lambat karena
kelarutannya yang tinggi didalam darah. Stadium dan tanda ini mungkin tidak mudah
terlihat pada pemakaian anestetik modern dan anestetik intravena yang
bekerja cepat. Karenanya, pemakaian anestetik dipergunakan dalam bentuk kombinasi
antara anestetik inhalasi dengan anestetik intravena. Banyak tanda-tanda
anestetik ini menunjukkan pada efek obat anestetik pernafasan,
aktivitas refleks, dan tonus otot. Secara tradisional, efek
anestetik dapat dibagi 4 stadium peningkatan dalamnya depresi susunan
saraf pusat, yaitu :
1.
Stadium analgesi
Pada stadium awal ini, penderita
mengalami analgesi tampa disertaikehilangan kesadaran. Pada akhir stadium 1,
baru didapatkan amnesia dananalgesi
2. Stadium
terangsang
Pada stadium ini, penderita tampak
delirium dan gelisah, tetapih kehilangan kesadaran. Volume dan kecepatan
pernafasan tidak teratur, dapat terjadi mual. Inkontinensia urin dan
defekasi sering terjadi. Karena itu, harus diusahakanuntuk membatasi lama dan
berat stadium ini, yang ditandai dengankembalinya pernafasan secara teratur.
3. Stadium
operasi
Stadium ini ditandai
dengan pernafasan yang teratur. Dan berlanjut sampai berhentinya
pernafasan secara total. Ada empat tujuan pada stadium III digambarkan dengan
perubahan pergerakkan mata, dan ukuran pupil, yangdalam keadaan tertentu dapat
merupakan tanda peningktan dalamnya anestesi.
4. Stadium
depresi medula oblongata
Bila pernafasan spontan berhenti,
maka akan masuk kedalam stadium IV.
Pada
stadium ini akan terjadi depresi berat pusat pernafasan dimedula oblongata dan pusat
vasomotor. Tampa bantuan respirator dan sirkulasi, penderita akan cepat
meninggal.
Pada
praktek anestesi modern, perbedaan tanda pada masing-masingstadium sering tidak
jelas. Hal ini karena mula kerja obat anestetik modern relatife lebih cepat
dibandingkan dengan dietil eter disamping peratan penunjang yangdapat
mengontrol ventilasi paru secara mekanis cukup tersedia. Selain itu, adanya obat
yang diberikan sebelum dan selama operasi dapat juga berpengaruh pada tanda-tanda
anestesi. Atropin, digunakan untuk mengurangi skresi, sekaligus mendilatasi
pupil; obat-obatnya seperti tubokurarin suksinilkolin yang dapat mempengaruhi
tonus otot; serta obat analgetik narkotik yang dapat menyebabkan efek depresan
pada pernafasan.Tanda yang paling dapat diandalkan untuk mencapai stadium
operasi adalah hilangnya refleks kelopak mata dan adanya pernapasan yang dalam
dan teratur.
F. SIFAT
ANESTESI
Tidak
mengiritasi / merusak jaringan saraf secara permanen
Batas
keamanan harus lebar
Larut
dalam air
Stabil
dalam larutan
Dapat
disterilkan tanpa mengalami perubahan
Indikasi
& Keuntungan anastesi lokal
Penderita
dalam keadaan sadar serta kooperatif.
Tekniknya relatif sederhana dan
prosentase kegagalan dalam penggunaanya relatif kecil.
Pada
daerah yang diinjeksi tidak terdapat pembengkakan.
Peralatan yang digunakan, sedikit
sekali dan sederhana serta obat yang digunakan relatif murah.
Dapat digunakan sesuai dengan yang
dikehendaki pada daerah anatomi tertentu. Mula kerja harus sesingkat mungkin, Durasi kerja harus cukup lama.
G. TIPE ANESTESI
Beberapa tipe anestesi adalah :
Pembiusan total — hilangnya
kesadaran total
Pembiusan lokal — hilangnya rasa
pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).
Pembiusan regional — hilangnya rasa
pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan
spinal
atau saraf yang berhubungan dengannya.
H. MANFAAT ANESTESI
Digunakan sebagai diagnostic, untuk
menentukan sumber nyeri
Digunakan sebagai terapi, local
anestesi merupakan bagian dari terapi untuk kondisi operasi yang sangat nyeri,
kemampuan dokter gigi dalam menghilangkan nyeri pada pasien meski bersifat
sementara merupakan ukuran tercapainya tujuan terapi
Digunakan untuk kepentingan
perioperatif dan postoperasi. Proses operasi yang bebas nyeri sebagian besar
menggunakan anestesi local, mempunyai metode yang aman dan efektif untuk semua
pasien operasi dentoalveolar.
Digunakan untuk kepentingan
postoperasi. Setelah operasi dengan menggunakan anestesi umum atau lokal, efek
anestesi yang berlanjut sangat penting untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien.
I. KEUNTUNAN
DAN KERUGIAN
Keuntungan :
Tidak
diperlukan persiapan khusus pada pasien.
Tidak
membutuhkan alat dan tabung gas yang kompleks
Tidak
ada resiko obstruksi pernapasan. Durasi anestesi sedikitnya satu jam dan jika
pasien setuju dapat diperpanjang sesuai kebutuhan operasi gigi minor atau
adanya kesulitan dalam prosedur
Pasien
tetap sadar dan kooperatif dan tidak ada penanganan pasca anestesi
Pasien-pasien
dengan penyakit serius, misalnya penyakit jantung biasanya dapat mentolerir
pemberian anestesi lokal tanpa adanya resiko yang tidak diinginkan.
Kerugian :
Ini
mungkin tidak bekerja dengan baik pada awal penggunaan
Menimbulkan
rasa gatal atau demam
Pasien
mungkin merasakan hanya mati rasa di bagian perut
J. EFEK SAMPING
SAMPING OBAT ANASTESI UMUM
1. Pada SSP
Beberapa obat anastesi merangsang kelenjar
pituitari yang dapat meningkatkan sekresi anti diuretik hormon (ADH). Hal ini
menyebabkan retensi urin setelah pembedahan efek ini teutama terjadi pada
lansia.
2. Pada jantung
Dapat
merangsang timbulnya aritmia.
3. Pada bronkus
Anastesi yang diberikan secara inhalasi dapat
menyebabkan iritasi pada mukosa saluran pernafasan dan kelenjar liur. Iritasi
menyebabkan sekresi mukus meningkat, batuk dan kontraksi laring pada pasien
yang tidak sadar.
4. Pada GI
Mual dan muntah adalah efek samping yang
paling umum selain konstipasi setelah tindakan pembedahan.
5. Pada Hati
Halotan dan enfluran bersifat hepatotoksik,
pemberian berulang dapat menyebabkan nekrosis hepar.
Ada beberapa macam
efek samping yang umum ditimbulkan pada penggunaan diantaranya :
Penurunan tekanan darah.
Sakit kepala (juga dikenal sebagai tulang punggung
sakit kepala).
Pada
bayi,mungkin membuat penurunan tekanan darah.
Sakit
kepala juga sangat jarang, tetapi mungkin dapat terjadi.
Reaksi
terhadap obat-obatan yang berlebihan, sepert ruam.
K. CONTOH
OBAT ANESTETIK UMUM
1. Obat-obat Anestesi Inhalasi
Obat yang tergolong obat Anestesi Inhalasi adalah:
Halotan, enfluran, isofluran, sevofluran, desflurane, dan methoxyflurane
merupakan cairan yang mudah menguap.
1. Halothane
- Bau
dan rasa tidak menyengat.
- Khasiat
anestetisnya sangat kuat tetapi khasiat analgetisnya dan daya relaksasi ototnya
ringan. Halotan digunakan dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan suatu
relaksans oto, seperti galamin atau suksametonium.
- Kelarutannya
dalam darah relative rendah induksi lambat, mudah digunakan, tidak merangsang
mukosa saluran napas.
-
Bersifat menekan refleks dari paring dan laring, melebarkan bronkioli
danmengurangi sekresi ludah dan sekresi bronchi.
- Famakokinetik: sebagian
dimetabolisasikan dalam hati bromide, klorida anorganik, dan trifluoacetik
acid.
-
Efek samping: menekan pernapasan dan kegiatan jantung, hipotensi, jika penggunaan
berulang, maka dapat menimbulkan kerusakan hati.
- Dosis:
tracheal 0,5-3 v%.
2. Enfluran
- Anestesi
inhalasi kuat yang digunakan pada berbagai jenis pembedahan, juga sebagai
analgetikum pada persalinan. Memiliki daya relaksasi otot dananalgetis yang
baik, melemaskan otot uterus, dan tidak begitu menekanSSP.
- Resorpsinya
setelah inhalasi , cepat dengan waktu induksi 2-3 menit. Sebagian
besar diekskresikan melalui
paru-paru dalam
keadaan utuh, dansisanya diubah menjadi ion fluoride bebas.
- Efek
samping: hipotensi, menekan pernapasan, aritmi, dan merangsang SSP. Pasca
bedah dapat timbul hipotermi (menggigil), serta mual dan muntah,
dapat meningkatkan perdarahan pada saat persalinan, SC, danabortus.
3. Isofluran (Forane)
-
Bau tidak enak
- Termasuk
anestesi inhalasi kuat dengan sifat analgetis dan relaksasi otot baik.
- Efek
samping: hipotensi, aritmi, menggigil, konstriksi bronkhi,meningkatnya jumlah
leukosit. Pasca bedah dapat timbul mual, muntah,dan keadaan tegang
4. Desfluran
- Dessfluran
merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek klinisnya mirip
isofluran. Desfluran sangat mudah menguap.
- Bersifat
simpatomimetik menyebabkan takikardia dan hipertensi.
- Merangsang
jalan napas atas, sehingga tidak digunakan untuk induksianeste
5. Sevofluran
- Merupakan
halogenasi eter
- Induksi dan
pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan dengan isofluran
- Baunya tidak
menyengat dan tidak merangsang jalan napas
- Efek
terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia. Efek
terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporantoksik
terhadap hepar
2. Obat-Obat Anastesi Intravena
Termasuk golongan ini adalah: barbiturate (thiopental,
methothexital); benzodiazepine (midazolam, diazepam); opioid analgesic
(morphine, fentanyl,sufentanil, alfentanil, remifentanil); propofol; ketamin,
suatu senyawa
arylcylohexylamine yang dapat menyebabkan keadaan
anestesi disosiatif dan obat-obat lain ( droperianol, etomidate,
dexmedetomidine).
1.
Barbiturat
- Blokade
sistem stimulasi di formasi retikularis
- Mengambat
pernapasan di medula oblongata, menghambat kontraksi otot. jantung, tdk
timbulkan sensitisasi jantung thd ketekolamin
- Dosis :
induksi = 2 mg/kgBB (i.v) dlm 60 dtk; maintenance = ½ dosisinduksi.
a.
Na tiopental :
Induksi :
dosis tgt BB, keadaan fisik dan penyakit
Dws : 2-4ml lar 2,5% scr intermitten tiap 30-60 dtk
ada capaian.
b.
Ketamin
Sifat analgesik, anestetik, kataleptik dg kerja
singkat. Analgesik kuat utk sistem somatik, lemah utk sistem
viseralKetamin sering menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi,
nyerikepala, pasca anestesi dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur,dan
mimpi buruk. Dosis 0.1 mg/kg intravena dan untuk mengurangisalivasi diberikan
sulfas atropin 0.001 mg/kg.
2. Fentanil dan droperidol
- Analgesik
& anestesi neuroleptik
-
Kombinasi tetap. Aman diberikan pada penyakit yg alami
hiperpireksia anestesi
umum lain
- Fentanil : masa kerja
pendek, mula keja cepat.
- Droperidol :
masa kerja lama& mula kerja lambat
3.Propofol
-
Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna
putih susu bersifat
isotonik dengan kepekatan 1% (1 ml=10 mg).
-
Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga
beberapa detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena.
-
Dosis untuk anestesi intravena total 4- 12 mg/kg/jam
dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0.2 mg/kg. Pada manula
dosis harus dikurangi, pada
anak <3 tahun dan pada wanita hamil tidak
dianjurkan.
- Interaksi obat
Propofol di kombinasikan dngan opiate,N2O
dengan propofol IV 1,5-2,5 mg akan menimbulkan induksi anastesia, tetapi dengan
pemulihan cepat dan pasien akan merasa lebih baik,di nbanding pengunaan anastetik
lain. Studi klinis
menunjukkan bahwa injeksi propofol bila digunakan dalam kombinasi dengan
hypocarbia meningkatkan serebrovaskular resistensi dan penurunan otak aliran
darah, otak metabolik oksigen konsumsi, dan intrakranial tekanan. propofol
injeksi Emulsion serebrovaskular tidak mempengaruhi perubahan reaktivitas
karbon dioksida arteri ketegangan,dan efek profol terhadap pernapaan mirip
dengan efek thiopental sesuda pemberian IV yakin terjadi depresi napas sampai
apnoe asampai 30 detik, hal ini di perkuat bila di gunakan opioid sebagai
medikasi pra-anastesik
4. Diazepam
- Suatu
benzodiazepine dengan kemampuan menghilangkan kegelisahan,efek relaksasi otot
yang bekerja secara sentral, dan bila diberikan secara intravena
bekerja sebagai antikejang. Respon obat bertahan selama 12-24 jam menjadi
nyata dalam 30-90 mnt setelah pemberian secara oral dan
15 menit
setelah injeksi intravena.
- Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap benzodiazepine, pemberian parenteral dikontra indikasikan
pada pasien syok atau koma
-Dosis
: induksi = 0,1-0,5 mg/kgBB
5. Opioid
- Opioid
(morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan dosistinggi.
-
Opioid tidak mengganggu kardiovaskular, sehingga
banyak digunakan
untuk induksi pasien dengan kelainan jantung.
- Untuk
anestesi opioid digunakan fentanil dosis induksi 20-50 mg/kg, dilanjutkan
dengan dosis rumatan 0.3-1 mg/kg/menit.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi “Anastesi” adalah untuk menyediakan, atau menghilangkan
rasa sakit. Memblokir impuls saraf dari bagian bawah segmen tulang
belakang yang mengakibatkan penurunan sensasi di bagian bawah tubuh.Obat
epidural jatuh ke dalam kelas obat yang disebut bius lokal seperti bupivacaine, chloroprocaine, atau lidokain.. Mereka sering disampaikan
dalam kombinasi dengan opioid atau narkotika, seperti fentanyl dan sufentanil,
untuk mengurangi dosis yang diperlukan bius lokal.
Anestesi
juga mempunyai beberapa cara penggunaannya yaitu :
1. Melalui pernapasan
2. Injeksi Intravena
3. Injeksi pada spinal/epidural
4. Injeksi Lokal
B. SARAN
Dengan
makalah ini diharapkan agar mahasiswa dapat memahami tentang Anestesi agar
lebih mengetahui tujuan dan manfaat Anestesi.
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswara, S., G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic
Therapy Pharmacology). Alih Bahasa: Bagian Farmaakologi FKUI. Jakarta.
Latief, S.,A. 2010. Petunjuk Praktis Anestesiologi
Edisi II. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. Jakarta.
Morgan, GE. dan Mikhal MS. 1995. Clinical
Anesthesiology Edisi IV. Appletion and Lange. Stanford.
Priyanto dan Batubara L. 2010. Farmakologi Dasar.
Leskonfi. Depok.
Sabiston, DC. 1995. Buku Ajar Bedah BAgian 1, EGC.
Jakarta.
Soerasdi, E. dkk. 2010. Buku Saku Obat Anesthesia
Sehari-hari. Bandung.
Werth, M. 2010. Pokok Anestesi. EGC. Jakarta.
0 comments:
Post a Comment