Indonesia memiliki
wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di
dunia dengan tanaman obat tradisional setelah Brazilia. Bumi yang subur dengan
kekayaan tanaman sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia karena
mereka bergantung dari alam dalam usahanya untuk memenuhi bermacam-macam
kebutuhan. Pengolahan tanah, pemungutan hasil panen, proses alam tidak hanya
menghasilkan makanan, tetapi juga berbagai bahan dasar yang berguna untuk
perawatan kesehatan dan kecantikan. Pada zaman dahulu, leluhur kita ketika
sakit mereka menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam seperti yang
terbuat dari daun, akar dan umbi-umbian untuk menghilangkan atau menyembuhkan
rasa sakit pada tubuh mereka, dimana bahan-bahan tersebut didapatkannya dengan
mudah di alam yang digunakannya sebagai resep untuk mendapatkan kesehatan dan
penyembuhan berbagai penyakit[1]
Nah… Oleh karena itu,
dalam artikel ini saya tertarik untuk menceritakan lebih jauh tentang Kualitas
dan Keamanan Jamu.
Jamu?? Kalau kita membahas tentang jamu pasti identik dengan sebutan
untuk obat tradisional yang berasal dari Indonesia
Pada umumnya orang-orang sering menyebutnya dengan sebutan herba atau herbal.
Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang
(akar-akaran), daun-daunan, kulit batang, dan buah[2].
Menurut WHO, sekitar 80 % dari penduduk di beberapa negara
Asia dan Afrika menggunakan obat tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan.
Di banyak negara maju, 70% sampai 80% dari masyarakatnya telah menggunakan
beberapa bentuk pengobatan komplementer atau alternatif dan obat herbal. Dengan
demikian, obat herbal atau obat tradisional memberikan andil yang cukup besar
terhadap kesehatan manusia tidak saja dalam hal melakukan suatu tindakan
pencegahan dan pengobatan terhadap suatu penyakit akan tetapi juga dalam hal
menjaga kebugaran, kecantikan dan meningkatkan stamina tubuh.
Dari data menurut WHO tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
orang-orang saat ini lebih menyukai obat herbal. Trend saat ini mengatakan bahwa
“Back to nature” menyadarkan masyarakat akan pentingnya
penggunaan bahan alami terhadap segala aktivitas kehidupan terutama yang
menyangkut tentang kesehatan. Namun kenyataannya pada saat ini ada saja
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang mencoba untuk mencoreng
hasil-hasil produk olahan Indonesia “Jamu”
dengan sengaja mencampurkan zat kimia dan /atau terkontaminasi oleh zat
atau residu berbahaya yang dampaknya sangat merugikan bagi konsumen serta
kepercayaan masyarakat tentang keberadaan jamu pun semakin berkurang. Kebanyakan
orang telah mengerti bahwa penggunaan obat tradisional memiliki keuntungan
seperti selain harganya yang murah, mudah diperoleh, juga memberikan sedikit
efek samping terhadap kesehatan. Namun, keuntungan tersebut malah dimanfaatkan
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang mementingkan dirinya sendiri
tanpa melihat efek yang ditimbulkan bagi orang banyak. Untuk mengatasi hal
tersebut diperlukan kerjasama antara Menteri Kesehatan RI, Badan Pengawasan
Obat dan Makanan, serta Kepolisian untuk menanggulangi hal tersebut agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
Teliti Sebelum Membeli (Be A Smart Buyer)
Berikut ini contoh nyata yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
kembali menarik dan melarang peredaran produk obat tradisional (jamu). Jenis
jamu tersebut setelah dilakukan pengujian laboratorium terbukti mengandung
bahan kimia obat keras (BKO) yang sangat berbahaya bagi tubuh. Jenis bahan
kimia yang ditemukan pada jamu-jamu tersebut antara lain sibutramin
hidroklorida, sildenafil sitrat, siproheptadin, febilbutason, asam mefenamat,
prednison, metampiron, teofilin, dan parasetamol. [3] Penggunaan
bahan-bahan kimia obat tersebut secara tidak tepat, dapat menimbulkan gangguan
kesehatan tingkat ringan hingga gangguan kesehatan yang dapat mengakibatkan
kematian. Gangguan kesehatan yang dimaksud antara lain sakit kepala, nyeri
dada, dan lambung, tukak lambung, diare, gangguan ginjal, gangguan penglihatan,
glaukoma, tulang keropos, infark miokard, gangguan jantung, gangguan
pembentukan sel darah (anemia aplastik dan agranulositosis), dan kerusakan
hati. Sebagai contoh kamu wanita, tidak bisa dipungkiri bahwa yang namanya
wanita pasti ingin tampil sempurna. Tentu, untuk menjaga kesempurnaan tersebut,
banyak kaum wanita yang mencoba melakukan banyak cara sehingga di mata kaum
pasangan pria nya, mereka akan selalu nampak terlihat indah dan cantik.
Berbagai cara dilakukan para kaum wanita untuk menjadi
sempurna di mata pasangannya, misalnya dengan cara merawat diri agar selalu
terlihat cantik dan juga menjaga penampilan tubuh agar selalu terlihat ramping
dan juga seksi. Banyak para wanita yang melakukan kedua cara tersebut. Namun,
banyak pula wanita yang menginginkan cara yang instan, terutama untuk
mendapatkan penampilan tubuh yang ramping dan seksi, dengan cara yang kurang
tepat.
Salah satu cara instan yang kurang tepat dan yang cukup
banyak dilakukan oleh banyak kaum wanita adalah dengan meminum dan mengkonsumsi
obat pelangsing. Mengapa obat pelangsing? Dikarenakan cara tersebut memang
terbukti ampuh dan cepat dalam menurunkan berat badan.
Pastikan
googling terlebih dahulu sebelum membeli suatu obat/suplemen penyakit/masalah
kesehatan apa saja termasuk masalah kegemukan/obesitas, maka Anda akan
terhindar dari produk-produk yang berbahaya.
Nah,
jika ingin jamu pelangsing tradisional yang aman, Anda bisa mengkonsumsi Delima putih.[4]
Silahkan riset tentang produk ini di internet, maka Anda tidak akan menemukan
bahwa ini adalah produk yang tidak berbahaya. Jadi, Anda bisa dapat langsing
dan juga sehat!
Berikut
ini ramuan pelangsing dengan bahan utama berupa delima putih:
a. Bahan
- Delima putih segar.........................2 buah
- Air bersih......,...............................2 gelas
- Garam dapur ...............................secukupnya
b. Cara meramu
Delima
putih dicuci dan dipotong kecil-kecil, kemudian dimasukkan ke dalam dua gelas air.
Selanjutnya, air dan delima putih dipanaskan dalam keadaan tertutup hingga
mendidih selama 30 menit. Setelah itu, cairan didinginkan, lalu ditambahkan
sedikit garam dan disaring. Cairan ramuan yang diperoleh diminum dua kali
sehari sebanyak setengah gelas. Lakukan hal tersebut setiap hari hingga
dirasakan manfaatnya [5].
Dalam rangka menyediakan bukti ilmiah terkait mutu, keamanan, dan
manfaat obat tradisional (jamu), maka Pemerintah Indonesia, dalam hal ini
Kementerian Kesehatan RI, telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
03/MENKES/PER/2010 tentang Saintifikasi Jamu. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian
ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Salah satu
tujuannya adalah memberikan landasan ilmiah (evidenced based) penggunaan jamu
secara empirik melalui penelitian berbasis pelayanan yang dilakukan di sarana
pelayanan kesehatan, dalam hal ini klinik pelayanan jamu/dokter praktik jamu.
Untuk menjalankan Saintifikasi Jamu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 03/MENKES/PER/2010, maka telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan
No.1334 Tahun 2010 tentang Komisi Nasional Saintifikasi Jamu, yang salah satu
tugasnya adalah menyusun pedoman metodologi penelitian jamu.[6]
Penentuan kualitas atau mutu untuk menjamin khasiat tanaman
obat atau obat tradisional yang optimum dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan teknik analisis kimia modern menggunakan HPTLC (High Performance
Thin-Layer Chromatography), kromatografi gas (GC), kromatografi cairan kinerja
tinggi (High Performance Liquid Chromatography (HPLC)), capillary
electrophoresis (CE), mass spectrometry (MS) dan AAS untuk menetapkan
spesifikasi dan standar tanaman obat atau obat tradisional. Diharapkan dengan
mengetahui sidik jari suatu ekstrak atau tanaman obat referensi yang terbukti
secara ilmiah memiliki suatu aktivitas fisilogis, maka dapat diperoleh
konsistensi mutu pada setiap tanaman obat atau obat tradisional.[7]
Sehingga untuk menjamin kualitas jamu dalam negeri,
diperlukan munculnya kesadaran dari berbagai pihak agar kelestarian jamu di
Indonesia semakin berkembang, diantaranya:
1.
Pengusaha, untuk melakukan
pengecekan akan produk-produk racikannya sendiri untuk memberi jaminan pada
konsumen bahwa produk yang digunakan telah memenuhi standar keamanan. Selain
itu, dengan banyaknya industry pembuatan jamu maka secara tidak langsung dapat
menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi angka pengangguran.
Produk hasil pertanian ditingkat
petani umumnya monoton tanpa perlakuan lebih lanjut. Selain itu rancangan usaha
tani umunya tidak muncul ditingkat petani tetapi lebih banyak berasal dari
pengusaha atau swasta sehingga keuntungan yang diterima petani rendah. Dengan
adanya kemitraan diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi petani sehingga
dapat menjadikan tanaman obat sebagai salah satu komoditas utama yang
diusahakan pada lahan usaha taninya
Dalam
rangka kegiatan pengabdian pada masyarakat, Peneliti Pusat Studi Biofarmaka
LPPM IPB dengan dukungan pendanaan dari Kementerian Riset dan Teknologi
Republik Indonesia melakukan pengembangan model kemitraan dengan masyarakat
petani di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Kelompok
petani diarahkan untuk menjadikan komoditi biofarmaka sebagai salah satu
komoditi utama. Komoditi yang dijadikan sasaran adalah temulawak dan kunyit.
Tim peneliti melakukan pelatihan-pelatihan sebagai salah satu metode untuk
penguatan kelompok tani dan Gapoktan, juga membuat kesepakatan dengan
perusahaan produk biofarmaka untuk menjembatani pemasaran hasil pertanian
biofarmaka dari petani binaan. Kemitraan dengan perusahaan dalam upaya
pemasaran produk pertanian biofarmaka dijalin dengan PT. SOHO dan PT.
BIOFARINDO. [8]
2.
Tenaga kesehatan, seperti
apoteker dan Dokter, dengan adanya penelitian yang intensif diharapkan
dapat muncul terobosan dalam dunia kedokteran. Sehingga di masa yang akan datang,
tenaga kesehatan tak ragu lagi untuk menggunakan jamu dalam pengobatan modern
karena telah memiliki dasar-dasar ilmiah terkait cara kerjanya.
Terkait dengan pengembangan dan pemanfaatan
jamu di tanah air, Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH,
meresmikan klinik saintifikasi jamu Hortus Medicus menjadi Rumah Riset Jamu
(Griya Paniti Pirsa Jamu), serta Gedung Pelatihan IPTEK Tanaman Obat dan Jamu,
di lingkungan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan obat
Tradisional (B2P2TOOT). Pembangunan ini bertujuan agar program Pelayanan
Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer atau Complementary and
Alternative Medicine (CAM), para dokter, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya
perlu memperoleh pelatihan Saintifikasi Jamu yang komprehensif, sehingga
pelayanan CAM dapat berjalan dengan baik dan lancar serta didukung oleh
infrastruktur yang memadai[9].
3. Para
Ilmuwan,
Keanekaragaman
hayati yang terkandung dalam tumbuhan obat memberikan keanekaragaman struktur
senyawa kimia. Ini adalah tantangan besar bagi para ilmuwan untuk menyingkap
cara kerja jamu dalam meningkatkan kesehatan. Dengan adanya penelitian yang
intensif diharapkan dapat muncul terobosan dalam dunia kedokteran. Sehingga di
masa datang, tenaga kesehatan tak ragu lagi untuk menggunakan jamu dalam pengobatan
modern karena telah memiliki dasar-dasar ilmiah terkait cara kerjanya.
DAFTAR
PUSTAKA
1 Retno Yuniar. 2013. Jamu Tradisional
Indonesia. http://jamutradisionalindonesia.blogspot.com/2013/11/jamu-tradisional-indonesia.html
3
Anonim, 2014.
Daftar Jamu
Mengandung Kimiawi Keras dan Berbahaya.
http://obatindonesia.com/2014/05/19/daftar-jamu-mengandung-kimiawi-keras-dan-berbahaya/
4 Biofarmaka IPB.
2013. Delima Putih. http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/554-herbal-plants-collection-delima-putih
5 Taufik. 2013. Ramuan Herbal Pelangsing Tubuh. http://taudayblog.blogspot.com/2013/03/ramuan-herbal-pelangsing-tubuh.html
7 Biofarmaka IPB. 2013. Quality of Herbal
Medicine Plants and Traditional Medicine. http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-news/brc-article/587-quality-of-herbal-medicine-plants-and-traditional-medicine-2013
8 Biofarmaka IPB. 2013. Development of
Partnership Model between BRC and Farmers of Biopharmaca in District Sukabumi. http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-news/brc-article/267-development-of-partnership-model-between-brc-and-farmers-of-biopharmaca-in-district-sukabumi
9 Menkes RI. 2013. Menkes
Resmikan Rumah Riset Jamu Hortus Medicus Di Tawangmangu. http://www.depkes.go.id/article/print/2205/menkes-resmikan-rumah-riset-jamu-hortus-medicus-di-tawangmangu.html
makasih untuk pencerahannya...
ReplyDelete